Sabtu 06 Jun 2015 15:13 WIB

Korban Meninggal Kapal Tenggelam Cina Naik Jadi 396

Kapal penyelamat menuju lokasi tenggelamnya kapal di Sungai Yangtze.
Foto: Zuma Press
Kapal penyelamat menuju lokasi tenggelamnya kapal di Sungai Yangtze.

REPUBLIKA.CO.ID, JIANLI -- Jumlah korban meninggal dalam kecelakaan kapal pesiar Cina yang terbalik akibat badai di Sungai Yangtze naik tajam menjadi 396 orang, Sabtu (6/6).

Kurang dari 50 orang masih hilang. Operator kapal itu meminta maaf dan menyatakan pihaknya akan bekerja sama dengan para penyelidik.

Hanya 14 orang yang selamat, salah satu di antara mereka ialah kapten kapal. Sang kapten ditemukan setelah kapal yang membawa 456 orang terbalik terkena badai pada Senin malam.

Regu penyelamat sedang mencari jasad para penumpang di kabin kapal pada Jumat. Lantai paling atas dan dasar kapal bertingkat empat itu menjadi fokus pencarian, tetapi perlu waktu untuk merampungkan pencarian karena tingkat kerusakan kapal.

Manajer Umum Jiang Zhao perusahaan yang mengoperasikan the Eastern Star (kapal Bintang Timur) menunduk memohon maaf atas kecelakaan itu, Jumat malam. Dia mengatakan mereka akan sepenuhnya bekerja sama dengan tim investigasi.

Cina berjanji tidak akan menutupi hasil penyelidikan. Polisi telah menahan kapten itu dan kepala bagian mesin untuk dimintai keterangan sebagai bagian dari penyelidikan.

Penyelidikan awal menemukan kapal itu tidak kelebihan muatan dan memiliki cukup pelampung. Jumlah korban yang meninggal dalam bencana itu tercatat lebih tinggi daripada kecelakaan yang menimpa sebuah feri di Korea Selatan pada April 2014 yang menewaskan 304 orang, sebagian besar anak-anak sekolah.

Kecelakaan tersebut juga merupakan bencana paling buruk dalam sejarah pelayaran Cina dalam tujuh dekade terakhir. Lebih 1.400 anggota keluarga telah datang ke Jianli, Provinsi Hubei, di bagian tengah Cina, tempat kecelakaan terjadi. Banyak anggota keluarga menyatakan rasa frustrasi mereka atas terbatasnya informasi yang mereka terima dari pemerintah.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement