REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Tentara Cina dan polisi paramiliter telah menemukan hampir 300 mayat dari kapal pesiar yang terbalik pekan lalu. Pemerintah Cina mengatakan pada Sabtu (6/6) bahwa mereka akan terus mencari lebih dari 40 korban yang masih hilang di perairan berlumpur Yangtze.
Sehari setelah derek besar membalik kapal pesiar Oriental Star dan mengangkat empat deck di atas garis air, sumber pemerintah Cina dilansir dari NY Times pada Ahad (7/6) mengatakan bahwa mereka telah menyelesaikan pekerjaan penyelamatan di kapal.
Mereka juga memulai tes DNA untuk mengidentifikasi hampir 400 mayat yang telah dibawa ke kamar mayat di Jianli, kota tepi sungai di pusat Provinsi Hubei yang merupakan fokus dari upaya penyelamatan.
Dengan selesainya penyelamatan kapal, China Central Television mengatakan para penyidik akan mulai memeriksa kapal dalam upaya untuk menentukan penyebab kecelakaan. Kecelakaan tersebut merupakan salah satu bencana maritim yang terburuk di Asia dalam beberapa dekade.
Kapal pesiar yang membawa 456 penumpang dan awak, terbalik pada Senin malam di tengah badai, dan sumber pemerintah menyebutkan kemungkinan kapal telah terkena tornado. Hanya 14 orang selamat, termasuk kapten kapal, yang masih dalam tahanan.
Banyak anggota keluarga mempertanyakan mengapa kapten tetap menjalankan kapal dalam angin badai dan hujan ketika kapal lain di daerah turun jangkar untuk menunggu badai berhenti. Sebagian besar penumpang pada pelayaran 11 hari tersebut adalah pensiunan, dan korban selamat mengatakan ada sedikit peringatan sebelum kapal terbalik.
Pada konferensi pers pada hari Sabtu, Zhang Shifeng, seorang pejabat dari Kementerian Dalam Negeri Cina, mengatakan anggota keluarga akan diizinkan untuk melihat jenazah orang yang mereka cintai sebelum kremasi, yang dianggap perlu karena kondisi tubuh, ada juga yang berencana untuk mengadakan acara pemakaman di tepi sungai.
Selain itu, Zhang mengatakan anggota keluarga bisa berharap kompensasi keuangan, meskipun ia tidak memberikan rincian berapa jumlahnya.