Senin 08 Jun 2015 05:34 WIB

Perangi ISIS, Inggris Siap Kirim Pasukan Tambahan ke Irak

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Winda Destiana Putri
Kelompok bersenjata ISIS   (ilustrasi)
Foto: EPA
Kelompok bersenjata ISIS (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SCHLOSS -- Di sela-sela pertemuan negara-negara maju, G7, di Jerman, Ahad (8/6), Perdana Menteri Inggris, David Cameron, mengungkapkan rencana negaranya untuk kembali mengirimkan pasukan ke Irak.

Pengiriman pasukan ini untuk membantu Irak dalam memerangi Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Setidaknya, Pemerintah Inggris akan mengirimkan sekitar 125 prajurit ke Irak.

Pengiriman pasukan ini diharapkan bisa membantu tentara Irak dalam mememerangi gerak prajurit ISIS. Terutama untuk memberikan pelatihan kepada tentara Irak dalam menghadapi IED (Improvised Explosive Devices) yang dilakukan ISIS.

Pasukan tambahan ini, kata Cameron, tidak akan ditempatkan di lokasi-lokasi tempur, melainkan di basis-basis militer Inggris di luar negeri. Dengan penambahan pasukan ini, setidaknya ada 900 tentara Inggris yang berada di Timur Tengah dan terlibat dalam upaya pemberantasan ISIS.

''Tantangan terbesar yang terutama efek yang dirasakan Inggris soal terorisme adalah memerangi Islam radikal, terutama di Irak dan Suria. Tapi hari ini, saya umumkan adanya penambahan 125 pasukan Inggris di Irak untuk memberi pelatihan Counter IED kepada tentara Irak,'' kata Cameron seperti dikutip The Telegraph, Ahad (7/6).

Cameron pun mengakui, penambahan pasukan ini merupakan permintaan khusus dari Perdana Menteri Irak, Haider al-Abadi. Lebih lanjut, Cameron menyebut, salah satu cara untuk melindungi Inggris dari terorisme adalah dengan memerangi ISIS di Irak dan Suriah.

Setidaknya ada sekitar 700 orang asal Inggris yang terdeteksi telah bergabung bersama ISIS. Jumlah ini pun termasuk pelajar dan remaja. ''Para prajurit tambahan ini akan sangat membantu.

Ini adalah perintaan langsung dari Pemerintahan Al-Abadi. Ini juga menjadi salah satu hal yang kami lakukan bersama Amerika. Saya kira ini adalah langkah terbaik yang bisa diambil Inggris,'' ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement