REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Chandrani Khoirinaya, warga Indonesia yang sedang berkuliah di Korea Selatan ini mengaku 'parno' jika melihat seseorang yang sedang flu. Mau tidak mau, wabah MERS membawa kekhawatiran sendiri bagi dirinya dan WNI lain.
"Iya khawatir, tapi kami tetap melakukan aktivitas seperti biasa," ujarnya pada Republika, Selasa (9/6).
Mahasiswi jurusan kedokteran hewan di Seoul National University ini mengatakan kekhawatiran muncul karena ketidakjelasan informasi.
"Kami sebenarnya juga ikut bingung karena beritanya simpang siur," kata perempuan yang akrab disapa Rina ini.
Menurutnya, kampus masih kondusif karena ada edaran dari unit kesehatan dan kantor internasional tentang pencegahan MERS. Pemerintah juga telah mengimbau untuk waspada namun tidak berlebihan karena Korsel termasuk negara dengan fasilitas kesehatan baik dan berkembang.
"Tapi mereka juga tidak terus terang dimana saja ada kasus, padahal dengan begitu setidaknya kita bisa menghindari," katanya.
Menurutnya, wabah juga berimbas pada transportasi. "Saya sempat kaget kemarin jalan-jalan macet. Ternyata masyarakat lebih memilih naik mobil pribadi daripada naik subway dan bus. Mereka jadi takut ke tempat-tempat umum," kata dia.
Rina mengatakan gejala klinis MERS memang mirip dengan flu. Apalagi, cuaca saat ini di Korsel mendukung untuk virus flu. Cuaca di Korsel sedang peralihan musim semi ke musim panas. Kalau siang panas, sedangkan saat malam dingin.
Hingga saat ini Rina beraktivitas seperti biasa dan memakai masker jika keluar rumah. Sama seperti orang kebanyakan. Ia juga mengaku belum mendapat imbauan dari KBRI. "Yang penting adalah menjaga keamanan personal, pakai masker, rajin cuci tangan, sedia cairan sanitasi tangan," ujarnya.