Rabu 10 Jun 2015 21:02 WIB

Kenaikan Harga Daging Sapi Australia Mengkhawatirkan Importir Indonesia

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, AUSTRALIA UTARA -- Kekhawatiran soal kenaikan harga sapi bisa menguntungkan bagi para peternak di Australia, tetapi dampaknya mungkin bisa dirasakan oleh importir dan peternak asal Indonesia. Sementara di tingkat pasar, pemerintah Indonesia yang menentukan agar harga daging bisa tetap terjangkau.

Paul McCormick, salah satu manajer di sebuah peternakan Katherine, Kawasan Australia Utara, baru saja kembali dari perjalanannya ke Indonesia.

McCormick mengatakan para importir asal Indonesia sedang benar-benar mencermati harga ternak sapi di Australia. 

"Mereka sangat yakin tentang industri ternaknya dan posisi di mana mereka berada sekarang, tapi mereka juga khawatir dengan harga sapi ternak," jelas McCormick baru-baru ini.

"Di satu sisi kalau kami mendengar dari pembeli bahwa ada kekhawatiran [soal kenaikan harga sapi], benar-benar membuat kami senang dari sisi sebagai klien."

Tapi menurutnya yang kini dibutuhkan oleh kedua negara adalah keseimbangan.

Soal izin dan berapa jumlah hewan ternak hidup yang akan diekspor ke Indonesia, McCormick mengatakan masih belum ada kepastian dari Indonesia.

"Kami masih memperhatikan dengan seksama untuk izin di kuartal ketiga. Hal ini akan memutuskan langkah kami kedepannya," katanya.

"Saya tidak dalam posisi untuk menerka angkanya, mungkin saja antara 100 ribu atau 200 ribu ekor dan kemungkinan pastinya pun bisa lebih besar"

Ketika ditanya soal harga, ia yakin jika pasar akan mampu menahan tekanan dari harga tinggi saat ini.

"Ada masalah soal apakah harga terjangkau atau tidak, tapi hal ini telah teruji sebelumnya," katanya.

"Cukup beralasan untuk mengatakan harga sapi yang digemukkan di Indonesia telah naik 50 persen dibandingkan lima tahun yang lalu."

Ia menjelaskan permintaan dari Indonesia untuk produk Australia, khususnya daging sapi tetap ada, tetapi soal harga semua tergantung dari pemerintah Indonesia

"Pemerintah Indonesia yang memiliki kebijakan untuk menjaga agar makanan tetap terjangkau, jadi itu semua ada di tangan mereka," jelasnya. "Kami punya produk, waktu yang tepat dan memnuhi hak pelanggan, sisanya adalah kekuatan pasar."

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement