Rabu 10 Jun 2015 08:58 WIB

Malaysia akan Serahkan Protes Diplomatik Dugaan Penyusupan Kapal Cina

Konflik Laut Cina Selatan.
Foto: AP
Konflik Laut Cina Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Malaysia akan menyerahkan protes diplomatik atas dugaan penyusupan satu kapal Penjaga Pantai Cina ke wilayah perairannya di lepas pantai pulau Borneo, di kawasan Laut Cina Selatan yang disengketakan

Hal itu disampaikan oleh seorang perwira tinggi angkatan laut. Kepala Staf AL Abdul Aziz Jaafar mengatakan sejak akhir 2014, penyusupan-penyusupan oleh kapal-kapal Cina ke perairan Malaysia terjadi tiap hari dan Kuala Lumpur menyampaikan protes ke Beijing tiap hari.

Abdul Aziz mengatakan kepada kantor berita AFP Rabu (10/6) bahwa kapal Cina itu yang terlibat dalam insiden paling akhir berada di perairan Malaysia. "Kami berada di kawasan itu. Kami membayangi kapal itu terus, Ini satu perkara tempat mereka ingin mempertahankan kehadiran mereka di sana tetapi pada saat yang sama kami di sana untuk meyakinkan dan memberitahu mereka bahwa ini merupakan perairan kami," kata dia.

"Kami telah mengajukan (protes diplomatik). Tiap waktu kami mendeteksi mereka. Tiap kali melihat mereka, kami mengingatkan bahwa mereka berada di perairan kami. Pada saat yang sama kami mengeluarkan protes diplomatik," tambahnya.

Insiden terakhir terjadi dekat Luconia Shoal, satu kawasan di Laut Cina Selatan di luar Spratly, gugusan pulau yang disebut-sebut kaya minyak dan diklaim seluruh atau sebagian oleh Brunei, Cina, Malaysia, Filipina, Taiwan dan Vietnam.

Abdul Aziz mengatakan penyusupan kapal Cina itu terjadi sangat dekat dengan pesisir Malaysia. Luconia Shoals terletak hanya 65 mil laut (120 kilometer) sebelah baratlaut kota Miri yang kaya minyak di negara bagian Sarawak.

Abdul Aziz mengatakan dalam insiden paling akhir itu usaha-usaha untuk berkomunikasi dengan kapal Cina tersebut untuk menyatakan bahwa kapal itu berada di perairan Malaysia tak mendapat tanggapan.

Seperti yang diketahui, Cina telah mengklaim Laut Cina Selatan sepenuhnya milik mereka dengan membangun pulau-pulau buatan seluas 800 hektar di Spratly, termasuk pulau-pulau buatan dengan peralatan militer.

Negara-negara di sekitar kawasan tersebut merasa prihatin atas langkah-langkah yang dibuat Cina yang mengklaim hampir sebagian wilayah laut tersebut. Bahkan Filipina dan Amerika Serikat telah mendesak Cina untuk menghentikan reklamasi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement