REPUBLIKA.CO.ID, DIYARBAKIR -- Kepala partai oposisi pro-Kurdi menuduh pemerintah sengaja berdiam diri meski kekerasan meningkat akibat hasil pemilihan umum, Rabu (10/6). Partai pemimpin Recep Tayyib Erdogan, AKP memenangkan suara mayoritas.
Protes berubah kekerasan dan melukai dua orang dalam semalam. Protes terjadi di kota Kurdi, Diyarbakir beberapa hari pascapemilihan.
Kepala Partai Demokrasi Rakyat (HDP), Selahattin Demirtas mengatakan pada wartawan di Ankara pemerintah dan Erdogan diam membisu demi kesuksesan partainya di pemilu.
"Orang-orang bergejolak hampir menuju perang sipil dan PM juga presiden tidak kelihatan," kata Demitras.
Partainya, memperoleh 13 persen suara dan membuat partai pro Kurdi pertama masuk parlemen. Sejak AKP kehilangan banyak kursi, mereka harus mencari koalisi untuk mempertahankan kekuasaan.
"Mereka menunggu perang sipil sehingga bisa berkata betapa AKP dibutuhkan," tambah Demirtas.
Pemimpin asosiasi bantuan Islam Yeni Ihya-Der, Aytac Baran tewas ditembak ketika meninggalkan kantornya di Diyarbakir pada Selasa (9/6). Asosiasi yang dipimpinnya terkait dengan partai politik Islam Kurdi, Huda Par.
Huda Par mendulang dukungan dari simpatisan Hizbullah dan kelompok militan. Pendukung Huda Par mengatakan serangan dilakukan oleh simpatisan PKK (Partai Pekerja Kurdi). Namun PKK menyangkalnya.
Mereka mengirim pernyataan dalam surat elektronik bahwa ini adalah provokasi. Ini bermaksud mengintimidasi Kurdi dan merusak keberhasilan pemilu HDP. Pemerintah menuduh HDP terkait dengan PKK.