REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Dewan Keamanan PBB memperingatkan serangan kekerasan terbaru terjadi pada pasukan penjaga perdamaian internasional dan warga sipil di wilayah Darfur, Sudan. Insiden tersebut telah memaksa puluhan ribu orang meninggalkan rumah mereka.
Al Jazeera melaporkan pada Kamis (11/6), Wakil Sekjen PBB untuk perdamaian Edmond Mulet mengatakan kepada Dewan Keamanan pada Rabu (10/6) upaya perdamaian untuk Darfur telah diabaikan. Ia menyalahkan kampanye militer tahap kedua yang dilakukan pemerintah Sudan untuk mengakhiri pemberontakan bersenjata.
"Organisasi kemanusiaan telah memperkirakan setidaknya 78 ribu pengungsi baru tahun ini. Sementara PBB telah memverifikasi lebih dari 130 ribu laporan," kata Mulet.
Seorang diplomat menggambarkan UNAMID, misi gabungan PBB dan Uni Afrika sebagai misi penjaga perdamaian yang paling disfungsional di dunia.
Laporan kemajuan terbaru Sekjen PBB Ban Ki-moon mengatakan, ada 60 insiden dan serangan terhadap UNAMID dalam tiga bulan sampai 15 Mei. Jumlah tersebut meningkat dari kuartal yang sama pada periode sebelumnya sebanyak 46 kasus.
Gelombang baru kekerasan di Darfur datang bersamaan dengan upaya PBB menggelar pembicaraan dengan pemerintah Presiden Omar al-Bashir. Mereka akan membahas strategi untuk mengeluarkan UNAMID, yang kini memiliki setidaknya 15 ribu pasukan penjaga perdamaian.