Jumat 12 Jun 2015 21:00 WIB

MERS Berpengaruh Buruk pada Ekonomi Korsel

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ani Nursalikah
Penumpang mengenakan masker untuk menghindari dari penyakit MERS di bandara Incheon, Korea Selatan, (2/6).
Foto: Reuters
Penumpang mengenakan masker untuk menghindari dari penyakit MERS di bandara Incheon, Korea Selatan, (2/6).

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Meski masih tahap awal, Sindrom Pernafasan Timur Tengah (MERS) telah membawa imbas signifikan pada perekonomian Korea Selatan, Jumat (12/6). Sejumlah industri mulai menunjukkan penurunan, seperti pariwisata, ritel dan perbankan.

Menurut analis Bloomberg, konsumsi barang dan jasa menurun seiring penduduk lebih memilih tinggal di rumah. Pelancong juga menunda perjalanannya ke negeri ginseng tersebut.

Wabah telah membatasi perjalanan masuk dan keluar karena warga disarankan menghindari perjalanan. Terlebih, Hong Kong, Macau, Taiwan, Indonesia hingga Thailand telah mengeluarkan peringatan untuk tidak masuk ke Korsel.

Indonesia juga telah mengambil langkah pencegahan dengan mengawasi pendatang dari Korsel. Bandara Soekarno-Hatta telah menyediakan ruang isolasi di dua terminal kedatangan, yaitu 2D dan 2E. Ruang tersebut dikhususkan untuk mengamankan penumpang dari luar negeri yang diduga terjangkit MERS.

Sementara itu, pendapatan hotel Korsel per kamar yang tersedia telah menurun lima persen pada April dibandingkan tahun lalu. Angka tersebut bisa menurun terus.

Keuntungan ritel Korsel juga jatuh sekitar 60 persen dalam beberapa bulan. Pendapatan restoran juga turun karena orang-orang lebih memilih makan di rumah. Sementara transaksi di toko meningkat karena warga memilih belanja dalam jumlah banyak untuk persediaan.

Transaksi di hampir 2.000 bank juga dalam tekanan karena warga menghindari berkumpul di area tertutup. Hal ini akan menyebabkan pertumbuhan lambat di pinjaman pribadi dan deposito.

Hingga saat ini, Korsel melaporkan 11 kematian akibat virus. Bank sentral Korsel sebelumnya telah memangkas suku bunga acuan hingga rekor rendah 1,5 persen selama wabah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement