REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa mayoritas warga Australia tidak percaya 'dengan kebanyakan berita'. Namun besar kemungkinan mereka akan memercayai sumber berita yang mereka gunakan secara pribadi.
Menurut survei yang dilakukan oleh Digital News Report Reuters Institut, disebutkan bahwa hanya 39 persen warga Australia yang mengatakan "mereka bisa mempercayai sebagian besar berita hampir sepanjang waktu."
Namun 53 persen mengatakan 'mereka percaya dengan sebagian besar berita yang mereka gunakan sepanjang waktu.
Dari 12 negara yang masuk dalam laporan, Australia merupakan negara yang memiliki perbedaan paling besar kedua antara kepercayaan terhadap 'semua berita" dengan kepercayaan terhadap 'berita saya".
Amerika Serikat menjadi negara pertama yang memiliki perbedaan lebih besar.
"Perbedaan antara dua angka tersebut tampaknya terjadi di negara-negara yang memiliki media yang paling banyak bersikap partisan," kata Direktur Reuters Institut, David Levy baru-baru ini.
Ini adalah salah satu dari penemuan Digital News Report, yang melakukan survei terhadap dua ribu warga Australia mengenai bagaimana mereka mengakses berita.
Penemuan lain adalah :
- Warga Australia menyebut online sebagai sumber utama berita lebih banyak dibandingkan TV, radio atau media cetak.
- 59 persen responden Australia menggunakan smartphone untuk mengaksesk berita, persentase tertinggi dari 12 negara yang disurvei.
- Hanya 15 persen menggunakan news apps, meskipun sebagian besar sudah mengunduhnya.
- Di sisi lain, 48 persen mengatakan mereka menggunakan Facebook untuk sumber berita.
- Kurang dari 11 persen dari responden membayar berita online di tahun sebelumnya.
- Kebanyakan mengatakan tidak pernah membayar untuk berita mengatakan besar kemungkinan mereka mau melakukannya.
- Listicles meskipun dianggap sebagai produk online yang paling 'rendah mutunya' sebenarnya semakin populer untuk mereka yang memliki tingkat pendidikan lebih tinggi.