Rabu 17 Jun 2015 15:29 WIB

Ratusan Anak Tewas dalam 10 Pekan di Yaman

Militan Houthi di Yaman.
Foto: AP
Militan Houthi di Yaman.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sedikitnya 279 anak telah tewas dan 402 anak lagi cedera sejak meningkatnya kerusuhan di Yaman, yang meletus pada 26 Maret, kata juru bicara PBB dalam taklimat pada Selasa (16/6).

Dana Anak PBB (UNICEF) menyatakan jumlah anak di Yaman yang telah tewas akibat konflik selama 10 pekan belakangan empat kali lipat dibandingkan dengan yang dikonfirmasi telah tewas tahun lalu. Sebanyak 74 anak meninggal dan 244 anak lagi cedera tahun lalu, kata Farhan Haq, Wakil Juru Bicara Sekretaris Jenderal PBB.

Utusan Khusus PBB untuk Yaman Ismail Ould Cheikh Ahmed telah bertemu dengan delegasi dari Riyadh, Ibu Kota Arab Saudi, dan Sana'a, Ibu Kota Yaman, demikian laporan Xinhua Rabu (17/6). Dalam beberapa hari ke depan, utusan khusus itu akan memberi penjelasan kepada anggota masyarakat internasional mengenai situasi di Yaman, kata Haq.

Yaman telah dinodai oleh kebuntuan politik sejak 2011, ketika protes massa memaksa presiden Ali Abdullah Saleh meletakkan jabatan. Pembicaraan perujukan selama tiga tahun gagal menyelesaikan krisis tersebut tapi malah menciptakan kevakuman besar kekuasaan.

Pertempuran utama saat ini terjadi antara pasukan yang setia kepada Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi, yang kini hidup di pengasingan Arab Saudi, dan kelompok yang bersekutu dengan faksi gerilyawan Houthi yang memaksa Hadi menyelamatkan diri dari Ibu Kota Yaman, Sana'a, pada Februari. Presiden Hadi dan Houthi ditentang oleh Alqaidah di Jazirah Arab (AQAP).

Keadaan makin bertambah rumit ketika koalisi yang dipimpin Arab Saudi menanggapi permintaan Hadi untuk campur-tangan dan melacarkan serangan udara terhadap sasaran Al-Houthi. Sejauh ini, koalisi pimpinan Arab Saudi telah membom Yaman selama lebih dari dua-setengah bulan.

Pada Senin (15/6), Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon menekankan dicapainya gencatan senjata kemanusiaan mendesak di Yaman setidaknya selama dua pekan untuk menandai bulan suci Ramadhan dan pengiriman pasokan penting buat jutaan orang yang terancam kekurangan pangan parah.

Sekretaris Jenderal PBB tersebut mengadakan pembicaraan dengan delegasi pemerintah tetapi menyesal tidak mampu bertemu gerilyawan. Menurut PBB, krisis kemanusiaan Yaman adalah "bencana", dan 80 persen warganya membutuhkan bantuan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement