REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Departemen Luar Negeri (Deplu) Amerika Serikat (AS) mengatakan, serangan teroris global selama 2014 meningkat lebih dari 30 persen. Jumlah korban pun naik drastis hingga lebih dari 81 persen.
Laporan tahunan terkait keamanan global ini disampaikan, Jumat (19/6). Deplu AS juga menggarisbawahi tren rekruitmen ekstremis global untuk masuk ke Suriah. Hal yang mana sering digembar-gemborkan ISIS antara lain melalui media sosial internet.
Laporan ini juga menyebut, organisasi seperti Alqaidah kalah pamor daripada ISIS dalam perspektif terorisme terhadap Barat. “(Alqaidah) tampaknya kehilangan momentum sebagai pemuka pergerakan global dibandingkan ISIS, yang secara masif mengekspansi dan memproklamasikan Khilafah,” demikian kutipan laporan Deplu AS seperti dilansir Reuters, Jumat (19/6).
Tidak hanya itu, disebutkan pula tensi yang masih tinggi di Timur Tengah, khususnya Suriah, kian meningkatkan jumlah korban. Lebih buruk lagi, kekerasan di regional tersebut berpotensi melebar hingga ke kawasan lain.
“Perang saudara yang hingga kini masih terjadi di Suriah memacu pelbagai aksi terorisme secara mondial,” kata koordinator antiterorisme pada Deplu AS, Tina Kaidanow.
Tina menegaskan, Alqaidah masih menjadi momok bagi Negeri Paman Sam. Provokasi ISIS pun masih terus mengintai keamanan dalam negeri AS dan negara-negara sekutu. Sebab, sebut Tina, mulai banyak organisasi yang secara masif dan global aktif bergerak mendukung ISIS, khususnya untuk merekrut simpatisan. “Masih ada kecenderungan untuk (publik) ikut ISIS secara global,” ujar Tina.