REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komite Gawat Darurat MERS CoV Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) PBB, Tjandra Yoga Aditama mengkritik pemberitaan media massa, cetak, dan online. Ia mengkritik sejumlah pemberitaan yang menyatakan bahwa 175 orang di Thailand mengidap MERS. Padahal, yang benar adalah 175 orang yang yang kontak dengan pasien MERS.
Ia mengaku, hari ini membaca di beberapa media online dan juga running text televisi Tanah Air bahwa di Thailand ada 175 kasus MERS CoV. “Ada juga juga yang menggunakan istilah 175 orang terkena MERS, 175 pasien MERS,” katanya, di Jakarta, Ahad (21/6).
Pria yang juga menjabat sebagai Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan ini menganalisis, kemungkinan berita ini didapat dari media internasional yang menyebut '175 exposed to MERS'. Padahal, itu bukan berarti 175 orang itu sakit, itu bukan 175 pasien.
Mereka adalah 175 orang yang kontak atau mungkin berhubungan dengan hanya satu orang pasien MERS di Thailand dan mereka ditemukan lewat program contact tracing. Sebanyak 175 orang ini terdiri dari antara lain tiga anggota keluarga pasien, petugas kesehatan yang menangani pasien, sopir taxi yang membawa pasien dari bandara. Kemudian, mereka yang duduk dua baris di depan dan dua baris di belakang di pesawat yang pasien tumpangi dan seluruh awak pesawat itu.
“Secara umum kegiatan contact tracing memang harus dilakukan secara luas dan ketat ini dan juga harus dilakukan oleh semua negara yang ada kasus MERS nya dan ini merupakan salah satu kunci utama keberhasilan program di Korea Selatan sekarang ini sehingga jumlah pasien disana menurun drastis,” ujarnya.
Terhadap mereka yang ditemukan dalam contact tracing ini akan dikarantina selama 14 hari secara umum di berbagai negara dilakukan dengan salah satu dari lima cara. Pertama, dirawat di RS, seperti tiga anggota keluarga pasien pertama Thailand. Kedua, diminta untuk tidak keluar rumah. Ketiga, dikarantina di bangunan tertentu milik pemerintah. Selanjutnya, tetap bekerja tapi diminta menghindari tempat keramaian umum. Terakhir, secara ketat di ukur suhu pagi dan sore.