REPUBLIKA.CO.ID, XINJIANG -- Sebuah wilayah di bagian selatan Xinjiang mengadakan festival bir selama bulan suci Ramadhan. Gelaran ini disebut kelompok pengasingan Muslim sebagai provokasi terbuka.
Festival bir terjadi di sebuah desa di Niya County. Di dalam selatan Xinjiang. Wilayah tersebut dihuni oleh orang-orang Muslim Uighur.
Situs web pemerintah Niya mengatakan, kompetisi bir dihadiri oleh lebih dari 60 petani dan penggembala muda. Web tersebut menunjukkan wanita menari di depan panggung dan segaris manusia yang menenggak bir sebanyak yang mereka bisa dalam waktu satu menit. Mereka mengenakan songkok tradisional Uighur.
"Kompetisi bir ini bervariasi dan menghibur," kata pemerintah.
Uang tunai hingga 1.000 yuan atau 161 dolar juga disiapkan untuk pemenang kompetisi. Dalam sebuah artikel yang dikeluarkan pemerintah, penyelenggaraan kompetisi bertujuan untuk menggunakan budaya modern guna mencerahkan kehidupan budaya desa, memberi tekanan untuk promosi agama ilegal dan menjamin harmoni dan stabilitas desa.
"Kegiatan ini telah diselenggarakan dengan baik, musim pertanian menggembirakan dan mengusir kelelahan kami. Saya akan minum dan saya pasti akan mendapatkan hadiah tertinggi untuk dibawa pulang dan membuat istriku bahagia," kata salah seorang penduduk desa.
Sementara itu, juru bicara kelompok pengasingan Kongres Uighur Dunia, Dilxat Raxit mengutuk acar tersebut. "Ini adalah provokasi terbuka untuk agama Islam," katanya dalam sebuah pernyataan.
Ramadhan adalah waktu sensitif di Xinjiang. Serangan telah terjadi selama tiga tahun terakhir dan menjatuhkan ratusan korban jiwa. Beijing menyalahkan perbuatan tersebut dilakukan militan Islam.