Senin 22 Jun 2015 22:34 WIB

Jepang Khawatir Dominasi Laut Cina Selatan

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Djibril Muhammad
Kapal patroli di Laut Cina Selatan.
Foto: www.smh.com.au
Kapal patroli di Laut Cina Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, PUERTO PRINCESA CITY -- Angkatan Laut Filipina mengadakan latihan gabungan dengan pasukan AS dan Jepang di pulau dekat wilayah Laut Cina Selatan yang masih sengketa, Senin (22/6).

Seorang pejabat militer Filipina mengatakan pihaknya tidak berencana melakukan latgab di pulau Palawan. "Dalam satu waktu tiga pasukan bisa bergabung dalam satu kegiatan karena kami hanya memliki dua kapal dan pesawat," ujar pejabat anonim.

Filipina diketahui memiliki angkata laut yang paling lemah di Asia. Sehingga mereka perlu meningkatkan kerja sama keamanan saat Cina menerapkan aturan tegas pada wilayahnya di Laut Cina Selatan.

Mereka memiliki keterbatasan transportasi perang seperti kapal dan pesawat tempur. Filipina kemudian mencari sekutu tidak hanya dengan AS tetapi juga dengan Jepang dan Vietnam.

Media sempat melihat dua pesawat pengintai maritim P3C Orion milik AS dan Jepang terparkir di bandara militer Puerto Princesa City, Ahad malam (21/6). Filipina telah memulai latgab dengan AS sejak akhir pekan lalu selama dua pekan.

Sedangkan dengan Jepang mereka hanya memiliki dua hari yang dimulai Selasa (23/6). Kedua latihan ini berlangsung di wilayah perairan Filipina dan bukan wilayah sengketa.

Sebelumnya latihan gabungan pertama dengan Jepang berlangsung pada Mei lalu. Berbeda dengan Jepang, Filipina dan AS ingin melakukan latihan militer secara rutin dan teratur.

Jepang memang tidak memiliki klaim atas wilayah Laut Cina Selatan. Tetapi pihaknya khawatir akan terisolasi jika Cina mendominasi jalur laut.

Karena selama jalur perdagangan Jepang sangat bergantung pada wilayah Laut Cina Selatan. Sejak merebaknya isu Laut Cina Selatan PM Jepang Shinzo Abe pun mulai meningkatkan kerja sama keamanan dengan negara- negara di Asia Tenggara.

Saat ini Cina mengklaim sebagian besar wilayah Laut Cina Selatan adalah teritorialnya. Negara yang berbatasan langsung dengan Laut Cina selatan juga mengklaim hal yang sama.

Filipina, Malaysia, Vietnam, Taiwan dan Brunei mereka melakukan klaim yang saling tumpang tindih dengan klaim yang dilakukan Cina. Salah satu wilayah yang sedang sengketa adalah kepulauan Spratly.

Pemerintah Cina mengatakan reklamasi Spratly sedang berlangsung dan akan segera selesai. Pihaknya mengaku akan terus membangun fasilitas di daerah yang akan ditempati.

Mereka juga akan membangun pos-pos militer di pulau buatan tersebut. Cina mengaku pembangunan pos ini bertujuan untuk membantu ketika terjadi bencana seperti pencarian dan penyelamatan maritim, bantuan bencana dan perlindungan lingkungan serta navigasi.

Sebelumnya AS dan Filipina menandatangani perjanjian pertahanan sejak setahun lalu. Perjanjian tersebut tak kunjung diterapkan karena adanya pertentangan politik di wilayah senat AS.

Meski demikian, Hubungan AS dan Filipina semakin menguat. Mereka meningkatkan latihan dan kunjungan kapal serta pesawat dalam satu tahun terakhir.

Kepala Militer Filipina mengatakan Perjanjian EDCA ini berpeluang memberikan akses seluas-luasnya pasukan AS di Filipina. Filipina memperbolehkan AS menggunakan pangkalan untuk berbagai macam kegiatan.

Salah satu lokasi yang dapat dipergunakan adalah Pulau Palawan dekat dengan wilayah sengketa Cina. Perjanjian ini juga memungkinkan militer AS untuk membangun infrastruktur seperti barak, gudang logistik dan depot bahan bakar untuk pasukannya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement