Selasa 23 Jun 2015 03:23 WIB
Ramadhan 2015

Astaghfirullah, Festival Bir Diadakan Saat Ramadhan

Rep: c 38/ Red: Indah Wulandari
Festival bir di Cina
Foto: chinadaily
Festival bir di Cina

REPUBLIKA.CO.ID,BEIJING -- Otorita distrik Xinjiang, Cina telah memicu kemarahan umat Islam setelah mengadakan festival bir saat Ramadhan. Festival bir diadakan di Niya County, di pelosok selatan Xinjiang, yang sebagian besar penduduknya Muslim.

“Ini provokasi terbuka untuk agama Islam,” kata Dilxat Raxit, juru bicara kelompok World Uyghur Congress dalam sebuah pernyataan kepada Reuters, Senin (22/6).

Pemerintah beralasan, kompetisi bir ini bervariasi dan menghibur. Ada hadiah uang tunai hingga 1000 yuan atau setara 161 dolar AS bagi pemenang kompetisi.

Kabar tentang acara itu muncul dalam sebuah artikel yang dirilis di situs berita pemerintah daerah awal Ahad (21/6) kemarin. Diadakan beberapa hari sebelum Ramadhan, acara ini dipandang sebagai perlawanan terbuka terhadap bulan suci umat Islam.

Berita ini diikuti laporan pemberitahuan resmi yang menuntut anggota Partai Komunis, pegawai negeri sipil, siswa, dan guru tidak boleh menjalankan ibadah puasa Ramadhan.

Setiap tahun, pemerintah Cina telah berulang kali memberlakukan pembatasan pada Muslim Uighur di wilayah barat laut Xinjiang saat Ramadhan. Kelompok HAM menuduh pihak berwenang China melakukan represi agama terhadap Muslim Uighur di Xinjiang atas nama terorisme.

Sebelumnya pada bulan Desember, Cina telah melarang masyarakat Urumqi, ibukota provinsi Xinjiang, untuk mengenakan jubah. Pembatasan-pembatasan di wilayah mayoritas Muslim ini datang dari ibukota Beijing, diklaim sebagai kampanye melawan ekstremisme agama.

Muslim Uighur adalah minoritas berbahasa Turki dengan populasi delapan juta jiwa di wilayah barat laut Xinjiang. Xinjiang telah otonom sejak tahun 1955, namun terus menjadi obyek tindakan keras keamanan oleh pemerintah Cina.

Pada tahun 2014, pemerintah Xinjiang melarang acara keagamaan di gedung-gedung pemerintah, serta pemakaian pakaian atau logo yang terkait dengan ekstremisme agama. Mei lalu, toko-toko Muslim dan restoran di sebuah desa di barat laut Xinjiang juga diperintahkan untuk menjual rokok dan alkohol.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement