Selasa 23 Jun 2015 17:40 WIB

Suhu Panas Ekstrem di Pakistan Tewaskan Lebih 400 Orang

Rep: C26/ Red: Indira Rezkisari
Pria berteduh di bawah jembatan untuk menghindari panasnya suhu di Karachi, Pakistan.
Foto: Reuters
Pria berteduh di bawah jembatan untuk menghindari panasnya suhu di Karachi, Pakistan.

REPUBLIKA.CO.ID, KARACHI -- Gelombang panas yang menyebabkan suhu ekstrem di Karachi, Pakistan telah terjadi selama tiga hari terakhir. Akibatnya lebih dari 400 orang tewas akibat cuaca panas yang tidak tertahankan.

Petugas kesehatan mengatakan para militer dan tim medis telah mendirikan kamp-kamp darurat medis di jalanan. Sebuah kamar mayat yang digerakkan oleh badan amal Edhi Foundation telah menerima lebih dari 400 orang. Kebanyakan dari mereka meninggal akibat komplikasi dari panas dalam tiga hari terakhir.

"Kamar mayat kami terus berusaha bekerja maksimal. Kami menyarankan orang untuk tidak menunda penguburan dan mencoba untuk menguburkan orang mati sedini mungkin dalam panas ini," kata petugas badan amal Anwar Kazmi seperti dilansir dari Reuters, Selasa (23/6).

Salah satu rumah sakit umum terbesar Karachi mengatakan lebih dari 200 pasien telah meninggal akibat dehidrasi dan kewalahan menghadapi panas. Selain itu masih banyak juga korban yang menjalani perawatan. Pasalnya salah satu dokter menyebut pasien terus menerus datang tanpa henti.

Suhu telah menyentuh 44 derajat Celcius (111 derajat Fahrenheit) di kota dalam beberapa hari terakhir. Naik dari suhu musim panas normal yakni 37 derajat Celcius (99 F). Namun pihak berwenang meteorologi mengatakan hujan akan segera turun dalam waktu dekat.

"Kami mengantisipasi angin laut akan diatur dalam beberapa waktu malam. Suhu akan turun dan hujan akan memasuki pantai Sindh, membawa hujan ke kota," kata Direktur Jenderal Departemen Meteorologi, Ghulam Rasool.

Paramiliter Rangers kekuatan telah mendirikan kamp medis di beberapa titik di kota di mana mereka menyediakan garam air dan anti-dehidrasi. Pemerintah provinsi sedang semakin dikritik oleh partai-partai oposisi karena dianggap tidak mengelola krisis panas. Apalagi ditambah buruk oleh pemadaman listrik yang parah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement