Rabu 24 Jun 2015 21:29 WIB

Dalih Israel Batalkan Izin Ratusan Warga Gaza Shalat di Al-Aqsha

Rep: c25/ Red: Agung Sasongko
Masjid Al Aqsha
Foto: alaqsa-mosque.blogspot.com
Masjid Al Aqsha

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Pada Rabu (24/6), pejabat Palestina mengatakan, kalau Israel membatalkan izin kepada ratusan warga Gaza yang ingin beribadah di Masjid Alaqsa selama bulan Ramadhan. Kebijakan ini diberlakukan Israel setelah serangan roket dari Gaza.

Badan militer Israel yang menangani urusan sipil Palestina (Cogat) mengatakan, dalam akun twitternya kalau mereka telah membuat keputusan itu, setelah roket ditembakkan ke Israel dari Gaza pada Selasa malam. Serangan ini oleh Cogat dianggap melanggar gencatan senjata yang diberlakukan setelah perang musim panas lalu, antara Hamas dan Israel.

Awalnya, Cogat mengizinkan ratusan warga Palestina dari Gaza beribadah di kompleks Al Aqsa setiap Kamis dan Jumat di bulan Ramadhan, yang dimulai pekan lalu.

Pihak berwenang Israel telah membatasi gerakan masuk dan keluar dari Gaza, sejak Hamas memenangkan pemilu pada tahun 2006, dan pembatasan yang lebih diperketat setelah Hamas mengusir Fatah di Gaza pada tahun 2007. Sebagian besar warga Palestina di Tepi Barat harus mengajukan permohonan izin untuk memasuki kawasan yang dikuasai Israel, kecuali warga yang lebih tua, yang umumnya dapat bergerak bebas.

Sebuah kelompok ekstremis setia pada kelompok militan ISIS, mengaku bertanggungjawab atas serangan roket. Namun, para pejabat Israel terus menuding Hamas bertanggung jawab atas tindakan di Gaza tersebut.

Salah seorang pejabat Israel menuturkan kalau pembatalan tersebut, berdampak pada 500 orang Palestina yang berencana untuk beribadah di Masjid Al Aqsa pada hari Kamis dan Jumat. Ia juga menyatakan kalau Warga Palestina di Gaza, masih diizinkan untuk mengunjungi anggota keluarga di Tepi Barat, dengan syarat lain selama Ramadhan.

Namun, para pejabat Israel mengubah sejumlah keputusan, yang berkaitan dengan Ramadan pada pekan ini. Termasuk, langkah yang akan memungkinkan warga Palestina dari desa Sair, di Tepi Barat, untuk memasuki Yerusalem untuk beribadah, dan membiarkan 500 warga Palestina keluar dari bandara utama Israel.

Warga Palestina di Tepi Barat yang berharap untuk menaiki penerbangan, harus menyeberang ke Yordania untuk menaiki penerbangan dari bandara internasional. Mereka bergerak datang setelah seorang pemuda dari desa ditikam, dan menyebabkan luka cukup serius kepada seorang perwira polisi Israel, pada Ahad lalu.

"Seluruh masalah ini dari pembatasan dan oengurangan pembatasan, adalah contoh lain dari begitu besar kontrol Israel, untuk menguasai Palestina. Bukan hanya di Tepi Barat, tapi juga di Gaza, di bawah kendali Israel secara tidak langsung," kata Sarit Michaeli, juru bicara kelompok HAM Israel B'Tselem.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement