REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Prancis berencana membangun dua reaktor nuklir di Arab Saudi. Pembangunan itu sebagai bagian dari proyek multi-miliar Euro, hanya beberapa hari sebelum batas waktu perundingan nuklir dengan negara saingan Iran.
"Sebuah studi kelayakan akan dilakukan untk membangun dua reaktor bertekanan buatan Eropa di Arab Saudi," kata Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius setelah pertemuan dengan Menteri Pertahanan Saudi Pangeran Mohamed bin Salman di Paris.
Pengumuman itu muncul seiringan dengan tenggat negosiasi dengan Iran yang segera berakhir pada 30 Juni mendatang. Berbagai negara di dunia terus mencari jaminan jika program nuklir Iran akan tetap digunakan untuk kepentingan sipil, dan tidak mengarah kepada bom atau memantik perlombaan senjata dengan para pesaingnya di kawasan, terutama Saudi.
Selain studi kelayakan, Prancis akan menandatangani kesepakatan untuk melatih para warga Saudi tentang keselamatan nuklir dan pengolahan limbah nuklir. Sebuah sumber diplomatik Prancis mengatakan reaktor nuklir yang dibangun lewat kesepakatan itu akan bernilai setidaknya 10 miliar dolar AS.
Sebuah kesepakatan lainnya, dengan total mencapai sekitar 12 miliar dolar AS atau 10,7 miliar Euro, juga akan dipastikan dalam pertemuan 'Komisi Bersama Prancis-Saudi'. Termasuk penjualan 23 unit helikopter tipe H-145 seharga 500 juta euro dan komitmen Saudi untuk membeli 30 kapal patroli untuk angkatan lautnya.
"Ini menciptakan banyak lapangan kerja dan mendatangkan ratusan juta euro," tambah Fabius.
Fabius juga menyebutkan maskapai Saudi memesan 50 pesawat penumpang Airbus senilai 8 miliar dolar AS, dan pertama kali diumumkan pada pekan lalu dalam 'Paris Air Show'. Prancis telah memperkuat hubungannya kerajaan konservatif Arab Saudi meskipun berbagai kritik muncul dari catatan hak asasi manusia. Sedangkan Riyadh di sisi lain tertarik memperluas hubungannya dengan negara-negara Barat di luar aliansi tradisional dengan Amerika Serikat.
Salman juga bertemu Presiden Prancis Francois Hollande pada Rabu. Saudi tengah berada di bawah tekanan internasional, termasuk dari Washington dan Paris, karena telah menjatuhkan hukuman 1.000 cambukan bagi aktivis hak asasi manusia dan blogger.
Kerajaan juga menghadapi kritik atas pelaksanaan hukuman mati. Menurut hitungan AFP, Arab Saudi mengeksekusi 102 penduduk setempat dan orang asing pada tahun ini hingga pertengahan Juni, angkanya lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2014 yang hanya 87.
Mahkamah Agung Arab Saudi telah mengkonfirmasi hukuman mati untuk dua tersangka anggota Alqaidah Saudi karena membunuh empat orang warga Prancis pada 2007. Dua orang itu dihukum karena menembak mati warga negara Prancis - salah satunya seorang remaja di dekat barat kota Madinah disaat mereka berada di gurun dalam perjalanan dari rumah mereka di Ibu Kota Riyadh.