REPUBLIKA.CO.ID, KARACHI -- Kamar mayat di Pakistan tak mampu menampung jenazah korban gelombang panas. Bahkan untuk pemakamannya pun saling berebut tempat karena banyaknya pesanan pemakaman.
"Baru kemarin kami harus menyelesaikan permasalahan antara tiga keluarga terkait pemakaman. Kita sudah kekurangan tempat untuk pemakaman," ujar salah seorang relawan layanan ambulans Ramzan Chippa kepada NBC News, Rabu (24/6).
Selama empat hari terakhir tim medis mengumpulkan para korban gelombang panas. Selama gelombang panas, pihaknya mengerahkan 300 mobil ambulans yang dikhususkan untuk membantu pasien.
Ia menambahkan, menurut ramalan ahli meteorologi dalam waktu 24 jam ke depan hujan akan mengguyur Pakistan. "Kami sedang menunggu hujan dan melakukan apa yang kita bisa," katanya.
Perdana Menteri Pakistan, Nawaz Sharif telah mengeluarkan instruksi khusus untuk Manajemen Bencana Nasional (NDMA) membantu korban gelombang panas. Dalam empat hari terakhir pun jumlah korban tewas mencapai 800 jiwa.
"Kami berencana untuk memperluas kamar mayat untuk mengatasi di masa depan," ujarnya.
Akibat gelombang panas, suhu di Pakistan mencapai 45 derajat Celsius. Krisis listrik pun menjadi salah satu penyebab tidak tahannya warga Pakistan menahan gelombang panas. Adanya pemadaman listrik dalam jangka waktu yang lama membuat pendingin ruangan dan pompa air tidak dapat berfungsi.