REPUBLIKA.CO.ID, DARAA -- Bulan suci Ramadhan disambut dengan suka cita umat Islam di seluruh dunia. Namun, tidak untuk para pengungsi selatan Suriah.
Mereka menjalani ibadah puasa dengan penderitaan di kamp pengungsian. Ratusan keluarga meringkuk bersama di kamp yang berada di luar kota Daraa dekat dengan perbatasan dengan Yordania.
Mereka terpaksa mengungsi Daraa karena sebagian besar lingkungan kota mereka di bawah kendali pasukan oposisi, membuat kota sering menjadi sasaran tembakan meriam oleh rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Salah seorang pengungsi, Om Ahmed mengatakan kepada Anadolu Agency, Rabu (24/6) ia dan ratusan pengungsi lainnya menderita lantaran kekurangan bantuan. Sebelumnya, organisasi bantuan lokal menjanjikan memberikan bantuan makanan dan kesehatan saat sahur dan buka puasa.
Om Ahmed menuturkan akibat konflik lima tahun yang berlangsung di Suriah, ia kehilangan suami dan anak dalam konflik sipil. Saat ini, ia sudah berkumpul dengan beberapa anaknya di tenda usang kamp pengungsian. Selama di kamp pengungsian ia sering berjalan jauh mengumpulkan kayu bakar untuk memasak persedian makanan yang tersedia.
Mohamed Abazeid, salah seorang yang bekerja di sebuah Lembaga Distribusi Pangan Lokal di Daraa mengatakan bahwa organisasinya telah memberikan bantuan pangan untuk para pengungsi pada awal Ramadhan.
Distribusi pangan selama beberapa hari terakhir sempat terkendala adanya konflik sipil penembakan di Daraa oleh pasukan rezim. Abazeid juga menyesalkan para pengungsi yang tidak terkonsentrasi di satu tempat sehingga lebih sulit untuk menyediakan mereka makanan dan air.
Meskipun kekurangan bantuan, para penghuni kamp bertekad untuk mematuhi rukun Islam dengan menjalankan ibadah puasa selama bulan suci Ramadhan.