Sabtu 27 Jun 2015 02:02 WIB

Kesepakatan Perundingan Nuklir Iran Berjalan Lambat

Rep: C07/ Red: Bayu Hermawan
Gedung yang disinyalir berpotensi menjadi pengendali nuklir Iran.
Foto: Al Jazeera
Gedung yang disinyalir berpotensi menjadi pengendali nuklir Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, VIENNA -- Wakil Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi mengatakan pembicaraan perundingan Iran berjalan dengan lambat. Padahal masa tenggat pembicaraan nuklir Iran akan berakhir pada (30/6).

Araghchi selaku perunding Iran yang wakili Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif, berharap agar  Menteri Luar Negeri AS John Kerry dan Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius siap untuk bergabung dengan pembicaraan.

Ketiganya diharapkan bisa membuat kesepakatan dengan rekan-rekan mereka dari Rusia, Inggris dan Jerman dan wakil menteri luar negeri dari China juga berencana untuk berpartisipasi selama beberapa hari mendatang.

Dalam pernyataannya yang disiarkan kantor berita Iran IRNA, Araghchi mengatakan bahwa secara keseluruhan, perundingan mengalami kemajuan. "Namun kemajuan itu lambat dan sulit," ujarnya dikutip dari AP, Sabtu (27/6).

Menurutnya, kesulitan dalam mencapai kesepakatan adalah karena enam negara memiliki pendapat yang berbeda-beda dalam beberapa topik tertentu yang tidak bisa secara mudah diselaraskan.

Ia juga mengulangi bahwa situs militer dan ilmuwan nuklir Iran akan melibatkan para ahli PBB yang akan memantau kepatuhan Iran untuk kesepakatan apapun nanti.

Araghchi menegaskan perundingan masih akan berlangsung sampai (30/6). Tetapi target yang lebih penting adalah (9/7) Jika Kongres menerima kesepakatan saat itu, ia memiliki 30 hari untuk meninjau sebelum Presiden Barack Obama bisa menangguhkan sanksi kongres.

Tapi penundaan di luar itu akan melipatgandakan periode review kongres ke 60 hari, memberikan kedua lawan Iran dan AS lebih banyak waktu untuk bekerja pada merusak kesepakatan.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement