REPUBLIKA.CO.ID, SOUSSE -- Polisi Tunisia menembak mati seorang pria bersenjata dan terus memburu seorang pelaku penembakan secara brutal di pantai Sousse, Tunisia pada Jumat (26/6). Dalam penembakan tersebut sebanyak
37 orang tewas dan 36 lainnya terluka.
Menteri Dalam Negeri Tunisia mengatakan kebanyakan korban merupakan turis mancanegara. Beberapa diantaranya berasal dari Ingris, Jerman Belgia dan warga Tunisia sendiri. Setelah kejadian tersebut Presiden Tunisia Beji Caid Essebsi langsung mengunjungi Rumah Sakit Shaloul untuk melihat kondiri korban luka-luka.
Pelaku melakukan aksinya dengan menyamar seperti turis yang pergi berenang. Namun ada senjata laras panjang di dalam payung yang dibawanya. Dia ditembak mati setelah saling tembak dengan polisi.
Rafik Chelli, sekretaris negara dari Kementerian Dalam Negeri, mengatakan kepada The Associated Press serangan itu dilakukan oleh seorang mahasiswa muda yang sebelumnya tidak diketahui pihak berwenang. Mengamuk di RIU Imperial Marhaba Hotel yang kemudian ditembak mati oleh pollisi.
"Dia pasti terlibat dengan ekstremis tertentu," kata Chelli, Sabtu (27/6).
Serangan di Tunisia tersebut merupakan kejadian terburuk di Tunisia, setelah beberapa bulan lalu juga terjadi serangan di museum nasional di Tunisia yang menewaskan 22 orang, lagi sebagian besar wisatawan, dan telah dipertanyakan kemampuan pemerintah yang baru terpilih untuk melindungi negara.
Pembunuhan di resor Tunisia Sousse terjadi pada waktu yang sama sebagai bom di sebuah masjid Syiah di Kuwait dan serangan terhadap pabrik milik AS di Perancis.
Kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengaku bertanggung jawab atas bom bunuh diri di masjid Syiah di Kuwait yang menewaskan sedikitnya 25 orang, sementara seorang pria yang memiliki hubungan dengan kelompok radikal Islam menabrak mobil ke pabrik gas di tenggara Perancis, di mana kepala terpenggal ditemukan di posting di pintu masuk.