REPUBLIKA.CO.ID, TASMANIA -- Seorang peneliti dari Universitas Tasmania tengah menyelidiki apakah pemberian insentif dapat menolong wanita hamil berhenti merokok.
Dr Mai Frandsen dari Fakultas Kesehatan Universitas Tasmania saat ini tengah merekrut wanita hamil berusia 16 tahun keatas yang merokok dan berniat berhenti merokok.
Dr Frandsen mengatakan para wanita hamil yang berpartisipasi dalam penelitiannya ini akan dihubungi setiap bulan guna mengetahui upaya yang mereka lakukan untuk berhenti merokok dan akan diberikan imbalan atas keberhasilannya.
"Setiap bulan jika mereka datang dan mengatakan saya sudah berhenti merokok. Saya akan memberikan mereka voucher belanja senilai $50 sebagai imbalan,” katanya baru-baru ini.
Dr Frandsen mengatakan para peneliti di Inggris mendapati memberikan insentif kepada wanita untuk berhenti merokok jauh lebih mudah ketimbang memperbaiki kesehatan mereka di kemudian hari.
"Terlepas dari berapa banyak kita membayar wanita-wanita ini melalui program insentif, pada akhirnya nanti kita akan mampu meraup keuntungan bersih sekitar $3.000,”
"Jadi ini dapat mengurangi dampak perawatan intensif neonatal, atau gangguan pernapasan atau masalah perilaku lainnya yang berhubungan dengan merokok selama kehamilan."
Dr Frandsen mengatakan dia akan memeriksa kemajuan para peserta dalam studinya hingga satu tahun setelah mereka melahirkan untuk mengetahui apakah mereka tetap menjadi non-perokok.
"Kita ketahui sekitar 80 - 90 persen wanita perokok kembali merokok, dan mereka memilih merokok kembali setelah bayi mereka lahir," katanya.
Menurutnya pendekatan berbasis insentif ini dapat membantu wanita berinisiatif memilih cara hidup sehat sekaligus dapat mengurangi angka ibu hamil yang tetap merokok selama kehamilan.
Dr Frandsen merupakan penerima program beasiswa 3 tahun dari Dewan Kanker dan Riset Universitas Tasmania selama 3 tahun.
Universitas Tasmania memberikan dana senilai $ 20 ribu untuk mendukung studinya yang berjudul "Mendukng Ibu Hamil Berhenti Merokok,”
Tasmania tercatat sebagai kawasan dengan angka ibu hamil perokok paling tinggi di Australia. Riset oleh Otoritas Kesehatan Australia menunjukan antara tahun 2009 – 2012 ada sekitar 22% wanita hamil di Tasmania yang merokok. Padahal angka rata-rata nasional hanya 14 persen saja.
Ibu hamil yang merokok selama kehamilannya diketahui memiliki resiko mengalami komplikasi kehamilan, keguguran dan bayi lahir berat badan rendah lebih tinggi.
Sementara bayi yang dilahirkan dari ibu perokok memiliki risiko lebih besar menderita asma, gangguan kesehatan pernafasan,SIDS dan berpeluang menjadi perokok juga di kemudian hari.
Disclaimer:
Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement