REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan, Cina dan Amerika Serikat, sebagai dua negara besar berpengaruh di Asia Pasifik, harus mampu menahan diri guna menjaga dan memelihara stabilitas dan perdamaian di kawasan.
"Saya berharap Tiongkok dan AS dapat menahan diri, untuk menghindari miscalculation, yang dapat memicu ketegangan dan konflik di kawasan," katanya, melalui jawaban tertulis kepada Antara di Beijing, Senin (29/6), sebelum bertolak kembali ke Tanah Air.
Yudhoyono menambahkan, "Kalau pun pertentangan tidak dapat diselesaikan secara menyeluruh maka kedua pihak harus menerapkan prinsip maximum restraint, di mana keduanya dapat saling menahan diri dengan menjunjung tinggi semangat dialog, kerja sama dan kemitraan."
Presiden keenam RI yang karib dengan sapaan SBY tersebut, berada di Beijing sebagai pembicara kehormatan pada Forum keempat Perdamaian Dunia (World Peace Forum) 27-28 Juni 2015. Pada forum yang dihadiri beberapa mantan pejabat tinggi sejumlah negara, praktisi, analis dan pakar keamanan internasional tersebut, SBY menyampaikan tidak dapat dipungkiri Cina dan AS adalah dua pemain besar di Asia Pasifik.
"Cina telah bangkit menjadi negara dengan kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia, didukung militer yang kuat, besar dan modern. Di satu sisi AS dengan segala sumber daya yang besar dan kuat pula, telah lama menjalankan peran dan pengaruhnya di Asia Pasifik, baik di sisi ekonomi maupun militer," tuturnya.
Dinamika hubungan antara Cina dan AS, diharapkan dapat menghindari krisis dan konflik di kawasan, menuju kemitraan abad XXI atas dasar kesetaraan dan saling menghormati, tutur SBY.
Ketegangan kembali terjadi antara Cina dan AS. Langkah Cina dengan menguji coba pesawat siluman hipersonik Wu-14 dinilai sebagai sinyal kemarahan Beijing terhadap AS, yang melibatkan diri dalam konflik Laut Tiongkok Selatan.
Pakar dari Australia bahkan berpendapat dua negara adidaya ini sejatinya sudah berada di jalur perang yang dipicu klaim Cina atas Laut Cina Selatan. AS telah menganggap langkah Cina yang menguji coba pesawat siluman hipersonik Wu-14 sebagai 'manuver ekstrem' di tengah ketegangan dalam konflik Laut Cina Selatan.
Menteri Pertahanan AS Ashton Carter sebelumnya telah memperingatkan Cina bahwa Washington tidak akan menghindar untuk menghadapi ekspansi Beijing atas kawasan Laut Cina Selatan.