Senin 29 Jun 2015 18:42 WIB

Usai Penembakan di Tunisia, Cameron Mengaku tidak Takut

Rep: melisa riska putri/ Red: Ani Nursalikah
Aparat berjaga-jaga di semua titik rawan teror, Tunisia
Foto: Dailymail
Aparat berjaga-jaga di semua titik rawan teror, Tunisia

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris David Cameron memberi tanggapan atas tindakan ekstremisme. Ia menggambarkan negaranya bersatu dalam kesedihan atas pembantaian di Tunisia.

Sebanyak 15 warga Inggris dipastikan tewas, namun para pejabat memperingatkan angka tersebut bisa bertambah hingga 30 orang. Itu artinya serangan tersebut menjadi teror terburuk pada warga Inggris sejak 7 Juli 205. Saat itu transportasi London diserang dan menewaskan 52 penumpang.

Kendati demikian, Cameron bersikeras bangsanya tidak akan takut.

"Untuk rasa terkejut dan kesedihan kita, kita harus menambahkan kata lain: ketetapan hati. Ketetapan hati yang tak tergoyahkan. Kami akan berdiri untuk hidup kami," katanya.

Sebanyak 600 polisi antiterorisme Inggris telah dikerahkan sebagai bagian dari penyelidikan atas serangan di Imperial Marhaba Hotel di resor pantai Sousse, Jumat (26/6). Petugas juga telah dikerahkan di bandara untuk bertemu dengan wisatawan dan membantu mengidentifikasi saksi.

Menteri Dalam Negeri Theresa May melakukan perjalanan ke Tunisia untuk membicarakan ancaman ekstremis dan menyampaikan belasungkawa untuk para wisatawan yang terbunuh. Cameron juga mengatakan pemerintah akan bekerja secepat mungkin memberikan informasi kepada para keluarga wisatawan.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement