REPUBLIKA.CO.ID, GAAFOUR -- Paman pelaku penembakan Tunisia, Seifeddine Rezgui, Ali (71 tahun) mengatakan ia kaget atas tindakan keponakannya yang menewaskan 38 turis.
"Selama 23 tahun, dia (Rezgui) tidak pernah melakukan hal apa pun yang melanggar peraturan. Dia menyelesaikan sekolahnya, dia tertawa, dia mengucapkan salam. Bagaimana dia berlatih? Di mana ia dilatih? Hanya Tuhan yang tahu. Ini hal yang menyiksa kami saat ini," katanya.
Banyak orang yang mengenal Rezgui mengatakan pria itu sama sekali tidak tampak sebagai seorang militan. Namun, menurut kementerian dalam negeri, Rezgui telah memisahkan diri sebelum serangan terjadi.
"Baru-baru ini, teman-temannya melihat kekakuan dalam dirinya dan ia semakin terlihat menyendiri. Dia terus bermain internet dan tidak mau memperlihatkan kepada teman-temannya apa yang dia jelajahi (di internet). Dia memisahkan diri ketika membuka internet," kata juru bicara kementerian dalam negeri Mohamed Ali Aroui.
Sumber-sumber keamanan mengatakan tidak ada catatan Rezgui bepergian ke Libya, tempat sejumlah militan menyatakan kesetiaan mereka kepada ISIS. Namun, sumber-sumber itu mengatakan Rezgui kemungkinan masuk ke negara itu secara ilegal.
Pihak berwenang Tunisia mengakui Rezgui selama ini tidak berada dalam pengamatan mereka. Pihak berwenang mengatakan sebelumnya tidak ada tanda-tanda pria itu akan merencanakan serangan.
"Kami tidak tahu tentang dia. Lingkungan keluarganya terlihat normal," kata Aroui kepada saluran televisi swasta El Hiwar Ettounsi.
Dalam laporan tentang Rezqui, saluran televisi yang menyebutnya sebagai "teroris misterius" itu mempertanyakan, "Bagaimana seorang lulusan universitas, anak muda yang sukses dalam studinya, menjelma menjadi seorang teroris dan pembunuh orang-orang tak bersalah?"