Mantan Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa mengatakan bahwa hubungan antara pemerintah Indonesia dan Australia sekarang berada di titik kritis. Alasannya karena tidak adanya komunikasi antarmereka setelah eksekusi Andrew Chan dan Myuran Sukumaran bulan April lalu.
Oleh karenanya, Marty Natalegawa mengusulkan kerangka kerjasama baru antar kedua negara guna mengatasi ketegangan yang mungkin terjadi di masa depan, antarkedua negara.
Marty menyampaikan hal tersebut dalam Forum Crawford Australian Leadership (CALF) di Australian National University (ANU) di Canberra, dalam diskusi mengenai keadaan Indonesia di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Marty mengatakan kerangka kerja baru itu akan bisa membantu mengurangi ketegangan di masa depan dan juga kurangnya komunikasi antar kedua negara.
"Sekarang berada di titik kritis," kata Marty mengenai hubungan Australia dan Indonesia saat ini.
"Saya berharap para pemimpin kedua negara memiliki perasaan terdesak untuk membangun kembali komunikasi." katanya baru-baru ini.
Sebelumnya dalam wawancara dengan jaringan televisi Australia Sky News, Marty Natalegawa yang menjadi menlu Indonesia di bawah pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan dia menduga saat ini tidak ada komunikasi pribadi sama sekali antar pejabat kedua negara.
"Kedua negara memiliki masa sulit sebelumnya, namun di saat itupun selalu ada komunikasi yang terjadi. Saya tidak tahu apakah bentuk komunikasi seperti itu terjadi sekarang ini, baik secara publik maupun pribadi." kata Marty.
Selain masalah eksekusi Bali Nine, ketegangan hubungan antar kedua negara juga terjadi atas masalah pencari suaka dimana beberapa minggu, pejabat Australia dilaporkan memberikan uang kepada penyeludup manusia sehingga mereka kembali lagi ke perairan Indonesia.
Dikutip dari situs ANU, dalam diskusi Forum Crawford Australian Leadership (CALF) ini juga hadir mantan dutabesar Australia untuk Indonesia Bill Farmer yang mengatakan bahwa Australia dan Indonesia adalah mitra sejati, meskipun hubungan kedua negara kadang terganggu dengan masalah seperti ekspor sapi, eksekusi Bali Nina, dan pendirian Australia soal pencari suaka.
Farmer mengatakan Australia harus memperlakukan Indonesia dengan rasa hormat.
"Australia harus memperlakukan Indonesia dengan hormat dan membuang megaphone (mengajari apa yang harus dilakukan Indonesia). Kita tentu juga berharap ada rasa hormat dan pengertian yang sama dari Indoensia." kata Farmer.
Menyusul eksekusi Chan dan Syukumaran, Dutabesar Australia untuk Indonesia Paul Grigson sempat ditarik, walau sekarang sudah kembali ke Jakarta.
Berbeda dengan dinginnya hubungan antar kedua pemerintahan, di tingkat akar rumput, hubungan antar kedua negara di bidang pendidikan, dan yang lain tetap berjalan normal.