REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Pria yang diduga memenggal bosnya dan mencoba meledakkan pabrik bahan kimia di Prancis, Yassin Salhi mengatakan ia tak memiliki motif agama dalam aksinya, Senin (29/6). Menurut sebuah sumber dalam penyelidikan, Salhi mengaku bukan seorang ekstremis.
Salhi bersikeras ia melakukan aksinya di luar kota Lyon pada Jumat pekan lalu. Salhi ditangkap di lokasi kejadian pada hari yang sama. Ia bisa ditahan hingga maksimal 96 jam sesuai hukum Prancis.
Polisi menangkapnya setelah menemukan foto selfie Salhi bersama kepala korbannya. Foto tersebut dikirim ke sebuah nomor milik warga Prancis yang terkait ISIS di Raqqa, Suriah.
Pihak berwenang Prancis mengatakan Salhi tercatat antara 2006 hingga 2008 sebagai seorang yang berisiko jadi radikal. Namun, ia tidak memiliki catatan kriminal.
Media lokal mengutip saksi yang mengatakan karakter Salhi tidak stabil. Mantan instruktur seni bela diri tersebut sering melakukan kekerasan pada sesama muridnya.