Rabu 01 Jul 2015 14:19 WIB

Polisi Berhasil Kendalikan Kerusuhan di LP Mebourne

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Otoritas pengelola penjara Corrections Victoria kembali mengendalikan LP Metropolitan Remand Centre di Melbourne, setelah polisi berhasil mengatasi kerusuhan yang dilakukan 300 napi. Kerusuhan dipicu aturan larangan merokok yang mulai berlaku mulai Rabu (1/7).

Kerusuhan yang berlangsung selama 15 jam itu dimulai Selasa siang dan berakhir Rabu dinihari saat polisi menyerbu masuk LP sekitar pukul 3.

Dalam pernyataannya Corrections Victoria mengakui operasi pengendalian ini cukup sulit dan dilakukan pada malam hari demi melindungi para sipir penjara, polisi, dan para napi sendiri. Sejauh ini sejumlah napi dilaporkan mengalami cedera dan telah mendapat perawatan. 

Seperti diberitakan sebelumnya kerusuhan ini dipicu oleh aturan baru larangan merokok di dalam penjara yang mulai berlaku 1 Juli 2015.

Selama kerusuhan itu sebuah dinding runtuh, terjadi pembakaran, kaca-kaca jendela dipecahkan. Sebagian napi tampak menutupi wajah mereka saat melakukan kerusuhan.

Dilaporkan, dua sipir penjara mengalami cedera ringan namun "bukan disebabkan oleh kontak langsung dengan napi". Sekitar 200 sipir bekerja di LP yang dihuni 802 napi tersebut.

Sementara itu semua LP lainnya di Victoria ditutup selama berlangsungnya kerusuhan. Pengelola penjara di negara bagian lainnya dikabarkan juga telah mengantisipasi segala kemungkinan.

Setelah penjara itu berhasil dikendalikan, sebagian besar napi dipindahkan ke suatu tempat untuk memberi kesempatan petugas memeriksa segala akibat kerusuhan.

Menteri urusan Corrections Victoria, Wade Noonan, menyesalkan kerusuhan ini dan menyatakan pihaknya tidak akan memberikan toleransi terhadap pelaku.

Menurut Komisioner Corrections Victoria, Jan Shuard, semua penjara lainnya masih akan diberlakukan penutupan total untuk sementara.

Dia menjelaskan mayoritas napi kembali ke selnya masing-masing secara sukarela.

Secara terpisah Asisten Komisioner Kepolisian Victoria Stephen Leane mengatakan pihaknya tidak terburu-buru dalam mengatasi kerusuhan ini.

"Kami memberi kesempatan beberapa jam bagi napi yang tidak mau terlibat bentrokan dengan polisi untuk kembali ke selnya masing-masing," katanya.

"Mayoritas napi menuruti perintah polisi, dan sisanya akhinya menyerah," kata Leane.

Dia memastikan sejumlah napi akan dikenai tuntutan hukum akibat kerusuhan ini.

 

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement