REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon dalam pernyataan yang dikeluarkan di Markas Besar PBB, New York mengatakan masyarakat internasional mesti malu atas berlanjutnya penderitaan rakyat Suriah, Selasa (30/6).
"Kita semua mesti malu, tiga tahun sejak pengesahan Komunike Jenewa mengenai penyelesaian konflik dahsyat di Suriah, penderitaan rakyat Suriah terus bertambah dalam," kata Ban.
Pada 30 Juni 2012, Sekretaris Jenderal PBB tersebut dan negara Liga Arab, menteri luar negeri Cina, Prancis, Rusia, Inggris, Amerika Serikat, Turki, Irak, Kuwait dan Qatar serta seorang wakil senior dari Uni Eropa bertemu di Jenewa, Swiss, untuk menciptakan peta jalan bagi perdamaian di Suriah.
Konflik itu, yang meletus pada Maret 2011, telah menewaskan lebih dari 220.000 warga Suriah, sementara hampir separuh penduduk negeri tersebut telah dipaksa meninggalkan rumah mereka sejak tiga tahun lalu. Suriah kini menjadi wilayah yang paling tidak stabil di dunia.
Ia mengatakan negeri tersebut makin dikuasai kelompok radikal ISIS dan Front An Nusra. "Warga sipil menghadapi pemboman gencar dan pelanggaran kejam lain hak asasi manusia seperti penyiksaan dan penahanan berkepanjangan atas puluhan ribu orang," ia menambahkan.
Ban memohon masyarakat internasional agar bertindak, dan menyeru Dewan Keamanan PBB agar tidak menyia-nyiakan waktu lagi untuk mengakhiri kerusuhan tersebut.
"Tak boleh ada kekebalan bagi tindakan tak manusiawi semacam itu.Sudah tiba waktunya menemukan jalan ke luar dari kegilaan ini," ujar Ban.