Rabu 01 Jul 2015 21:50 WIB

Penyakit Ternak Domba Lebih Banyak Kuras Biaya

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Biaya untuk mengobati penyakit yang menyerang ternak domba ternyata jauh lebih besar ketimbang pada ternak sapi. Laporan terbaru otoritas industri daging dan ternak Australia menyebutkan penyakit pada domba tinggi tiga kali lipat lebih tinggi menyebabkan kerugian produksi ketimbang pada ternak sapi.

Data ini didasarkan pada laporan terbaru yang dirilis Lembaga Daging dan Ternak Australia (MLA).

Laporan berjudul 'Daftar Penyakit Endemik Utama bagi Industri Daging Merah' ini memperkirakan anggaran untuk menangani penyakit dan masalah lain pada ternak domba mencapai $2 miliar per tahun dan umumnya disebabkan karena kerugian produksi.
 
Perubahan dari orientasi produksi benang wool ke produksi daging domba merupakan salah satu penyebab dari tingginya kerugian produksi yang diungkapkan General Menejer Adopsi Inovasi Peternakan MLA, Dr Matthew McDonagh.
 
"Jadi domba lebih rentan terhadap parasit internal dan juga domba bisa beberapa kali melahirkan. Tapi alasan utamanya adalah lebih karena adanya pergeseran orientasi produksi ke produksi daging domba primer," katanya baru-baru ini.
 
"Jadi tidak berlebihan jika dikatakan mayoritas uang yang dikeluarkan dalam pos kerugian produksi adalah demi menyelamatkan domba dan sapi,"
 
Kematian saat melahirkan berada diurutan teratas dalam daftar tersebut, yakni bayi domba yang mati tidak lama setelah lahir dan pemicunya bisa karena kelaparan karena terlalu dibekap induknya, terpapar penyakit,  distosia, maupun pemangsa  seperti rubah, anjing liar, babi dan gagak.
 
Karena masalah ini industri ternak domba setiap tahunnya harus mengeluarkan biaya sebesar $540 juta.
 
Parasit internal juga merupakan isu yang membebani produsen domba Australia. Penyakit ini setiap tahun memaksa mereka harus mengeluarkan uang $436 juta untuk mengatasi penyakit tersebut.
 
Kutu dan isu reproduksi juga masih tercatat sebagai  masalah terbesar pada industri peternak, hanya menyedot anggaran sekitar $700 juta saja per tahunnya.
 
Biaya untuk mengobati kutu yang ditanggung produsen sapi mencapai  $161 juta sedangkan untuk mengatasi virus diare viral pada lembu yang lebih dikenal dengan Pestivirus, membebani industri ternak sapi senilai $63.5 juta.
 
Sementara pada sapi,  kerugian karena anak sapi yang mati dan penyakit pestivirus menunjukan peningkatan, padahal penyakit pestivirus nyaris dianggap tidak ada pada tahun tahun 2006  ketika daftar prioritas penyakit endemik industri daging merah terakhir dilakukan.
 
"Kutu sapi dan lalat kerbau masih menjadi masalah signifikan di Utara," kata Dr McDonagh.
 
"tapi Kita masih melihat peningkatan yang cukup signifikan kasus kematian bayi sapi. juga distosia serta kerugian produksi yang pada umumnya disebabkan oleh pestivirus."
 

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement