REPUBLIKA.CO.ID, ATHENA -- Rakyat Yunani ramai-ramai meninggalkan negaranya. Mereka terpaksa meninggalkan Tanah Airnya menyusul krisis perekonomian yang menimpa Yunani tak kunjung usai.
Efeknya, kesejahteraan rakyat Yunani menurun drastis. Kondisi itu memaksa rakyat Yunani meninggalkan negaranya untuk mencari kehidupan yang lebih layak di negara lain.
“Sebelum krisis saya bekerja bisa dibayar 1.300 dolar euro. Tapi hari ini setengahnya saja saya tidak dapat,” kata Marilena (22 tahun) yang bekerja sebagai tukang pijat, seperti yang dilansir Ebusiness pada Kamis (2/7).
Bahkan ia bersama temannya, Josie (33) sampai merasakan pengalaman yang miris hanya demi mencari makanan. Mereka mengaku hingga meminum bir dan makan falafel sandwich bekas di bangku pinggir jalan saat mendiskusikan masa depan mereka.
Situasi itu memaksanya meninggalkan Yunani dan tinggal bersama kekasihnya di Belanda. Sementara Marilena berencana hijrah ke Jerman untuk tinggal bersama kakaknya. “Ini adalah pilihan, bukan suatu keharusan,” kata Marilena.
Rakyat Yunani lainnya, Giannis Grigoriou juga berencana angkat kaki dari Negeri Para Dewa itu. Ia yang sebelumnya bekerja sebagai insinyur kini sedang menganggur. Grigoriou berencana mengadu nasib ke Timur Tengah untuk mendapatkan pekerjaan.
"Situasi ini mengerikan. Seandainya aku tahu ini empat sampai lima tahun yang lalu saya akan belajar untuk menjadi seorang koki atau penata rambut, yang memiliki daya tarik lebih di negara ini," ucap dia.
Menurut ekonom geografi Thessaloniki University, Lois Labrianidis imigrasi Yunani di kalangan anak muda bukan fenomena baru. Bahkan keadaan tersebut meningkat pesat selama krisis Yunani.
Untuk itu, Labrianidis dipanggil guna membantu Kementerian Ekonomi Yunani. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan investasi dan mengembangkan industri bernilai tinggi, sehingga mendorong lulusan muda untuk tinggal di Yunani.