REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Pemeriksaan Lab BSL untuk MERS CoV yang telah dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan sepanjang tahun 2015 hingga Kamis (2/7) sebanyak 33 orang dan hasilnya negatif semua.
Hal itu dikemukakan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan Prof Tjandra Yoga Aditama dalam siaran persnya yang dikirim ke Republika, Jum’at (3/7).
Berdasarkan kelompok umur yang diperiksa terbanyak usia 45-64 tahun sebanyak 16 orang (48,5), di atas 65 tahun sebanyak sembilan orang (27,3 persen), usia 24-44 tahun sebanyak enam orang (18,2 persen) dan usia 0-24 tahun sebanyak dua orang (enam persen). Apabila dilihat dari jenis kelamin yang terbanyak diperiksa adalah perempuan 19 orang (57,58 persen), sedangkan laki-laki 14 orang (42,42 orang).
Sementara itu, situasi global jumlah kasus MERS-CoV di dunia sampai dengan minggu ke-26 tahun 2015 adalah 1357 kasus, 486 kematian (CFR 35,81 persen). Data per tanggal 2 Juli, kasys MERS CoV di dunia di 26 wilayah/area (negara) terjangkit adalah: Jordania, Kuwait, Omana, Qatar, Saudi Arabia, Uni Emirat, Mesir, Perancis, Jerman, Belanda, Italia, Inggris, Yunani, Austria, Turki, Amerika Serikat, Tuniasia, Philipina, Malaysia, Libanon, Iran, Yaman, Aljazair, China, Korea Selatan dan Thailand.
Lebih lanjut dia mengatakan ada lima pendekatan dalam penanggulangan MERS CoV di suatu bandara udara :Pendekatan pertama, pelaksanaan International Health Regulation IHR 2005 yang mana prinsip dasarnya adalah pencegahan perluasan penyakit tanpa gangguan pada transportasi manusia dan barang: Pendekatan kedua, Radio practique antara pilot pesawat dengan tower di bandara bila ada penumpang yang dicurigai MERS CoV, dan kemungkinan pesawat diparkir di remote area.
Pendekatan ketiga, Petugas kesehatan naik ke pesawat sebelum penumpang di turunkan, untuk memastikan tiga hal yakni:Keadaan klinis penumpang yang dicurigai pasien MERS CoV, dan alternatif evakuasi pasien ini; Keadaan penumpang yang duduk sebaris dengan pasien serta dua baris di depan dan belakangnya; Penilaian umum terhadap awak pesawat dan penumpang lainnya, untuk keputusan bagaimana penumpang / awak turun dan proses selanjutnya.
Selanjutnya, pendekatan keempat, analisa tentang kemungkinan pemasangan thermal scanner dan pemberian Health Alert Card (Kartu Kewaspadaan Kesehatan), beserta monitoring dan evaluasi pelaksanaannya; Pendekatan kelima, Dua sistem koordinasi yang penting dari petugas kantor kesehatan pelabuhan (port health office), yaitu dengan seluruh jajaran administrator bandara, imigrasi, bea cukai serta pihak keamanan, Rumah Sakit rujukan dan Dinas Kesehatan lokasi tinggal penumpang, untuk kegiatan surveilans epidemiologi