REPUBLIKA.CO.ID,TUNIS -- Tunisia telah mendeklarasikan negaranya dalam keadaan darurat sepekan setelah 38 turis tewas dalam serangan di Sousse. Deklarasi keadaan darurat ini memberikan kekuatan tambahan bagi pasukan keamanan serta membatasi warga untuk berkumpul.
Dilansir dari BBC, pemerintah setempat telah memperketat keamanan dengan mengerahkan pasukan bersenjatanya di sejumlah hotel dan pantai. Presiden Tunisia, Beji Caid Essebsi pun dijadwalkan akan memberikan pidatonya.
Pasukan keamanan mendapatkan berbagai kritikan dan kecaman lantaran dinilai tak bertindak lebih cepat atas serangan yang terjadi di Sousse. Saat itu, seorang pria bersenjata menembaki para turis di pantai sebelum masuk ke sebuah hotel.
Kelompok militan ISIS pun mengklaim telah melakukan serangan tersebut. Diantara korban yang tewas dalam serangan ini merupakan 30 warga Britania Raya.
Pada Maret lalu, dua pria bersenjata juga dilaporkan telah membunuh 22 orang di museum Bardo di ibukota Tunisia, Tunis. Menurut para pengamat, Tunisia terancam terkena serangan dari negara tetangganya Libya yang saat ini masih sangat kacau.
Selain itu, ancaman juga datang dari warga Tunisia yang telah bergabung untuk bertempur di Suriah serta Irak dan kembali ke negaranya.
Terakhir kalinya Tunisia mendeklarasikan negaranya dalam keadaan darurat yakni pada 2011 silam saat peristiwa pemberontakan yang menggulingkan Presiden Zine al-Abidine Ben Ali terjadi.