Selasa 07 Jul 2015 06:15 WIB

PM India Khawatir dengan Pertumbuhan Muslim di Negaranya

Rep: c35/ Red: Bilal Ramadhan
Muslim di India melaksanakan shalat.
Foto: NYTimes
Muslim di India melaksanakan shalat.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI – Meningkatnya penganut agama Islam di India yang meningkat drastis menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi pemerintah India. Perdana Menteri Narendra Modi meminta rakyat Muslimnya untuk tetap taat kepada hukum yang berlaku dan sepakat dengan program Keluarga Berencana.

Perkembangan meningkatnya jumlah komunitas Muslim di India itu tidak hanya menyebar di Assam dan kota-kota kecil di timur laut saja. Penyebarannya sudah merambah ke kota-kota besar sepertiu Haryana dan Delhi.

Dengan meningkatnya populasi Muslim di India tersebut merebut Hindu Rashtra. Diyakini harus mencari waktu yang tepat untuk mengontrol populasi Muslim bagi pemerintah India.

“Jika umat Islam berpikir mereka masyarakat India mereka harus mengikuti hukum negara, yang ‘Parivaar Niyojan’. Saat ini adalh waktu yang tepat untuk memerintahkan mereka mengikuti aturan dan control populasi,” kata Media Shiv Sena yang dilansir NY Daily News, Selasa (7/7).

Berdasarkan data statistik populasi kelompok agama pada tahun 2001-2011, populasi Muslim di India meningkat 24 persen antara 2001 dan 2011, dengan rata-rata nasional sebesar 18 persen. Pertumbuhan tersebut naik menjadi 14,2 persen dari 13,4 persen dari jumlah penduduk.

Jammu dan Kashmir merupakan kota dengan populasi Muslim tertinggi, dengan persentase sebesar 68,3 persen. Hal ini menyusul Assam yang menjadi kota dengan populasi Muslim terbanyak kedua dengan jumlah sekitar 34,2 persen dari total jumlah penduduk. Untuk urutan ketiga jatuh pada kota Bengal Barat dengan persentase sebesar 27 persen.

Tingkat pertumbuhan populasi Muslim di India pada tahun 1991 dan 2001 sekitar 29 persen. Sedangkan pada periode 2001-2011 pertumbuhan populasi Muslim lebih tinggi daripada pertumbuhan rata-rata nasional, dimana pada saat itu mencapai 24 persen. Pertumbuhan penduduk nasional yang hanya sebesar 18 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement