Rabu 08 Jul 2015 23:16 WIB

Universitas Katolik Australia Pun Adakan Buka Puasa Bersama

Red:
Perwakilan dari berbagai lembaga keagamaan di Melbourne memotong pita pembukaan ruang doa multi kepercayaan ACU.
Foto: Sastra Wijaya
Perwakilan dari berbagai lembaga keagamaan di Melbourne memotong pita pembukaan ruang doa multi kepercayaan ACU.

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Di negeri multikultur seperti Australia tidak hanya kalangan Muslim yang melakukan acara buka puasa bersama. Australian Catholic University (ACU), lembaga pendidikan Katolik terbesar itu pun menyelenggarakannya pada Selasa (7/7), di salah satu kampusnya di Melbourne.

Acara yang diselenggarakan tersebut sekaligus dengan pembukaan sebuah ruangan doa bagi agama dan kepercayaan apa saja untuk menggunakannya.

Dalam acara buka puasa yang dihadiri oleh sekitar 100 orang dari berbagai kalangan tersebut diselenggarakan oleh ACU bekerja sama dengan Australian Intercultural Society (Masyarakat Antarbudaya Australia).

Dalam kata pengantarnya, Dr John Ballard dari ACU mengatakan pentingnya suatu wadah bagi seluruh umat beragama di kampusnya untuk memiliki satu tempat bagi mereka untuk berdoa atau sekadar mencari ketenangan. Oleh karenanya, ruang doa bagi semua pengikut tersebut menurut Dr John Ballard sengaja ditempatkan di ruang terdepan di gedung utama kampus.

"Biasanya ruangan seperti ini ditempatkan di lantai paling bawah di tempat yang remang-remang. Namun kami melihat pentingnya ruangan seperti ini, dan ini akan menjadi contoh yang akan kami kembangkan di seluruh 7 kampus ACU di seluruh Australia," tambah Dr John Ballard.

Salah satu keunikan acara buka puasa bersama oleh Universitas Katolik Australia tersebut adalah bahwa mereka yang hadir mendapat curahan rohani dari sisi Katolik dan Islam.

Acara yang disebut refleksi itu dengan tema yang sama yaitu "Respect for the Sacred" (Penghormatan bagi Hal-hal yang suci). Dari pihak Katolik refleksi disampaikan oleh Suster Cheryl Camp, sementara dari pihak Islam disampaikan oleh Zuleyha Keskin, keduanya sedang menempuh pendidikan doktoral di ACU.

Dalam uraiannya, baik Camp dan Keskin menjelaskan bagaimana dalam kehidupan sehari-hari mereka mendapat contoh antar penganut agama yang menghormati  apa yang dilakukan oleh penganut agama lainnya.

Menggaungkan apa yang baru saja dilakukan ACU dengan membuka ruang doa multi kepercayaan, Zuleyha Keskin mengatakan bahwa alangkah indahnya di satu saat atau tempat, masing-masing penganut agama di dunia ini bisa menggunakan tempat ibadah agama lain.

"Alangkah bagusnya bila ada penganut islam yang bisa ke gereja, atau penganut Hindu  bisa berdoa di sinagoga, atau penganut Katolik berdoa di kuil Budha," kata Zuleyha Keskin.Dalam acara hiburan budaya, juga ditampilkan budaya Islam dan budaya Katolik.

Untuk budaya Islam dipertunjukkan tari sufi oleh dua orang pria, sementara tiga penyanyi melantunkan doa dan nyanyian Taize.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement