REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Thailand telah mengembalikan hampir 100 warga Muslim Uighur ke Cina. Pengembalian ini dikecam oleh badan HAM internasional.
Kelompok-kelompok HAM telah menyatakan keprihatinannya atas keputusan Thailand mengirim Uighur kembali ke Cina karena khawatir mereka menghadapi perlakuan buruk dan bahkan penyiksaan.
Ratusan atau mungkin ribuan dari Uighur telah melarikan diri dari kerusuhan di wilayah Xinjiang, Cina barat yang menewaskan ratusan orang. Mereka telah melakukan perjalanan secara sembunyi-sembunyi melalui Asia Tenggara ke Turki.
"Thailand mengirim sekitar 100 warga Uighur kembali ke Cina kemarin," kata juru bicara pemerintah, Kolonel Weerachon Sukhondhapatipak kepada wartawan, Kamis (9/7).
Ia mengatakan, pengembalian Muslim Uighur ke Cina dilakukan setelah memverifikasi kewarganegaraan mereka. Selain 100 warga Cina, sekelompok yang berisi lebih dari 170 warga Uighur telah diidentifikasi sebagai warga negara Turki dan dikirim ke Turki. Sementara 50 lebih lainnya masih berada di Thailand untuk menunggu hasil verifikasi kewarganegaraan.
Menurutnya, pihaknya telah bekerja dengan Cina dan Turki untuk memecahkan masalah Muslim Uighur. Perlakuan Uighur Cina merupakan masalah penting bagi banyak orang Turki yang melihat mereka dengan latar belakang dan agama yang sama. Uighur dianggap sebagai 'saudara' di Turki yang telah menjadi tuan rumah sebuah komunitas besar Uighur.