Kamis 09 Jul 2015 20:22 WIB

Korut Bantah Laporan Soal Pembelotan Tingkat Tinggi

Bendera Korut/ilustrasi
Foto: mega-flags.com
Bendera Korut/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara, Kamis (9/7), menanggapi keras pemberitaan media Korea Selatan mengenai pembelotan tingkat tinggi serta pembunuhan akhir-akhir ini. Mereka menyebut pemberitaan sebagai propaganda gaya Nazi untuk memburukkan citra Pyongyang.

Pemberitaan di sejumlah media itu juga diwarnai spekulasi bahwa pembelotan tersebut adalah sinyal peningkatan keguncangan di Korea Utara di bawah kepemimpinan Kim Jong-Un.

Dalam tanggapan panjang, kantor berita resmi Korut KCNA membantah pemberitaan itu dan menyebutnya sebagai rumor liar dan "kebohongan belaka".

"Propaganda keliru ... adalah lelucon konspirasi yang bermotif politik dan tolol" bertujuan memberi gambaran "ketidaknyamanan dan horor" dalam jajaran pejabat puncak Korut, katanya.

KCNA secara spesifik menyebut laporan mengenai pembelotan seorang jendral papan atas ke Korsel sebagai laporan sampah.

Channel A --perpanjangan dari harian konservatif Dong-A Ilbo-- pekan lalu melaporkan bahwa Letjen Pak Sung-Won, wakil kepala staf angkatan darat Korut telah lari ke Seoul melalui Moskow.

KCNA mengatakan laporan itu "sama sekali tidak masuk akal" dan menyatakan bahwa Pak saat ini memimpin sebuah proyek konstruksi di resor Masikryong Ski --sebuah proyek kesayangan pemimpin tertinggi Korut.

Tanggapan itu juga menyinggung pemberitaan mengenai eksekusi --sepertinya eksekusi terhadap dua pelajar Korut karena menonton pornografi.

Media Korsel menjadi begitu mahir menceritakan kebohongan dan menjadikannya lebih mahir dari Nazi, tambah dia.

Stasiun penyiaran Korsel YTN baru-baru ini melaporkan pembelotan tiga pejabat dari Kantor 39 --divisi rahasia pemerintah yang ditugasi mendapatkan dana tunai untuk rejim itu.

Kantor berita Yonhap juga mempublikasikan sejumlah artikel mengenai pembelotan sekitar 10 pejabat menengah hingga tinggi. Tidak ada satupun dari laporan itu yang secara resmi dibenarkan oleh otoritas Korsel.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement