REPUBLIKA.CO.ID, SOUTH CAROLINA -- Komunitas Muslim di Amerika mengumpulkan dana untuk mendukung renovasi gereja kulit hitam di Charleston, South Carolina. Sejumlah gereja di kawasan tersebut mengalami kerusakan parah akibat dibakar setelah aksi pembantaian Charleston.
Hanya seminggu setelah kampanye tersebut diluncurkan, komunitas Muslim telah mengumpulkan dana lebih dari 50 ribu dolar Amerika. Aksi ini memperoleh publikasi luas di media massa, mulai dari Mashable, Buzzfeed sampai RT dan Al Jazeera Amerika.
Kampanye penggalangan dana ini didukung oleh sejumlah jaringan organisasi kemanusiaan, seperti Ummah Wide, Muslim ARC, dan Arab American Association of New York.
Menurut informasi di laman penggalangan dana, kampanye diluncurkan sebagai bagian dari kewajiban untuk membantu sesama komunitas beragama dan menegakkan keadilan rasial dan agama.
“Sebagai Muslim, kita mengetahui pentingnya melindungi yang lemah dan menghormati semua umat beragama. Kita ingin orang lain mendapatkan apa yang kita inginkan; hak untuk beribadah tanpa intimidasi, keselamatan, dan hak milik,” tulis mereka lewat Twitter dengan hashtag #WhoIsBurningBlackChurches, dilansir Color Lines, Jumat (10/7).
Ia menegaskan, komunitas Muslim dan masyarakat kulit hitam bukanlah komunitas yang berbeda. Mereka memiliki jaringan sosial dan sejarah, dengan pertautan identitas dan relasi yang bertumpang tindih di negara besar tersebut.
Kampanye ini mendorong orang untuk menggunakan hashtag #WhoIsBurningBlackChurches di Twitter. Hashtag ini telah digunakan secara luas oleh para pengguna media sosial. Mereka menuntut penjelasan dan penyelidikan penuh atas peristiwa pembakaran gereja-gereja tersebut.
Seorang teolog Amerika, Imam Zaid Shakir turut mendukung kampanye tersebut. Ia mengatakan, “Kami paham suasana rasis menginspirasi kembali munculnya kebencian dan kefanatikan di negeri ini. Kami ingin saudara-saudara Afrika-Amerika tahu bahwa komunitas Muslim berdiri di samping mereka.”