Ahad 12 Jul 2015 16:30 WIB

Meski Gencatan Senjata, Saudi Tetap Serang Yaman

Kelompok Houthi menyerang kilang minyak Buraiqah di Aden, Yaman, Sabtu (27/6).
Foto: reuters
Kelompok Houthi menyerang kilang minyak Buraiqah di Aden, Yaman, Sabtu (27/6).

REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Saksi mengatakan pesawat-pesawat tempur koalisi pimpinan Arab Saudi membombardir pemberontak Yaman pada Ahad (12/7) pagi dan menyebabkan pukulan baru terhadap gencatan senjata yang diusulkan PBB bagi negara miskin dengan jutaan warga yang terancam kelaparan itu.

Serangan udara menghantam kubu Syiah Houthi di Saada, Yaman Utara serta posisi pemberontak lainnya di selatan ibu kota Sanaa dan di Provinsi Lahj di Yaman Selatan, kata warga. Tidak ada laporan mengenai adanya korban dalam serangan tersebut.

Gencatan senjata untuk kemanusiaan usulan PBB itu mulai berlaku pada Jumat dan seharusnya berlaku sampai 17 Juli, hari terakhir pada bulan suci Ramadhan. Namun, gencatan senjata yang sangat dibutuhkan untuk menyalurkan persediaan makanan terhadap warga yang terancam kelaparan telah dilanggar oleh serangan koalisi pimpinan Arab Saudi.

Gencatan senjata diumumkan setelah Sekjen PBB Ban Ki-moon menerima jaminan dari Presiden Yaman yang diasingkan, yaitu Abedrabbo Mansour Hadi dan kelompok Houthi jika mereka akan menghormati perjanjian itu.

Koalisi mengatakan belum menerima permintaan resmi dari pemerintah Hadi untuk melakukan gencatan senjata, sementara itu pemberontak mengatakan sebelum gencatan senjata mulai berlaku jika mereka memiliki sedikit harapan bahwa hal itu akan berhasil.

Lebih dari sepekan yang lalu, PBB menyatakan bahwa Yaman mengalami skala tertinggi dalam darurat kemanusiaan, yaitu pada tingkat ketiga dengan hampir separuh negara terancam krisis pangan.

Lebih dari 21,1 juta warga atau lebih dari 80 persen penduduk Yaman membutuhkan bantuan dengan 13 juta mengalami kekurangan pangan, sementara itu akses air telah menjadi sulit untuk 9,4 juta warga. Sejak akhir Maret lalu, PBB mengatakan konflik telah menewaskan lebih dari 3.200 orang, sekitar setengah dari mereka adalah warga sipil.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement