Senin 13 Jul 2015 16:56 WIB

KDRT Sudah Mengakar dalam Budaya Australia

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, VICTORIA -- Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sudah mengakar dalam budaya Australia sehingga tidak mudah bagi pemerintah dan masyarakat untuk menanganinya. Untuk negara Victoria saja di tahun 2013, tercatat 65 ribu laporan polisi terkait KDRT.

Hal itu dikatakan Hakim Marcia Neave yang memimpin Komisi Khusus Penanganan KDRT di Victoria, dalam pembukaan sidang komisi tersebut di Melbourne Senin (13/7).

Komisi bernama Royal Commission into Family Violence ini bertujuan menelurkan rekomendasi mengenai cara terbaik bagi pemerintah menangani KDRT.

Pemerintah Victoria membentuk komisi ini awal 2015 dan menyatakan KDRT sebagai masalah nasional.

Komisi menerima lebih dari 1000 laporan dan akan mendengar kesaksian para korban serta pihak berwenang.

"Tugas kami bukan melakukan penyelidikan mengenai kasus KDRT tapi untuk membuat rekomendasi bagi pemerintah," kata Neave baru-baru ini.

Menurut dia, memperbaiki cara penanganan KDRT tidak akan mudah.

"Sebab, KDRT sudah mengakar dalam budaya kita. Tentu saja kami tidak akan menghasilkan rekomendasi yang bisa langsung menghentikan KDRT, melindungi korban dan menindaki pelakunya," katanya.

Neave menjelaskan komisinya akan mengevaluasi strategi pencegahan dan penanganan KDRT selama ini.

Hal senada dikatakan Mark Moshinsky QC dari komisi khusus. Dibandingkan Kanada dan Inggris, katanya, kondisi KDRT di Australia lebih parah.

Moshinksy mengungkapkan, satu dari enam perempuan Australia pernah mengalami pelecehan fisik dan seksual dari pasangannya.

Menurut catatan di tahun 2013 ada 44 kasus kematian terkait KDRT di Victoria dan lebih dari 65 ribu kasus dilaporkan ke polisi.

Komisi akan bersidang selama satu bulan dan diharapkan menelurkan rekomendasinya pada Februari tahun depan.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement