REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Kesepakatan yang dicapai antara Iran dan enam negara besar dunia di Wina pada Selasa (14/7) dipandang oleh Israel sebagai bencana dan kegagalan kebijakan luar negeri Israel selama bertahun-tahun belakangan.
Setelah hampir satu dasawarsa perundingan dan peringatan tanpa akhir oleh para pemimpin Israel, Iran mencapai kesepakatan mengenai program nuklirnya dengan enam negara besar dunia. Meskipun Israel makin keras melontarkan penentangannya, Iran mengumumkan prestasi besar.
Mantan jenderal dan politikus Israel Ephraim Sneh, meramalkan negara regional yang tidak berada di bawah pengaruh Iran akan sangat menderita sebagai konsekuensi dari kesepakatan tersebut.
"Iran akan terus mendorong aksi teror dan menegakkan hegemoni regionalnya sementara mempersenjatai dirinya dengan senjata strategis," tambah Sneh.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tampaknya telah gagal dalam apa Sneh definisikan sebagai tantangan yang paling mendesak buat Israel. Menurut Sneh, pendahulu Netanyahu, Ehud Olmert bergerak di arah yang benar dengan secara serentak meningkatkan pertahanan Israel dan memperingatkan masyarakat internasional mengenai bahayanya Iran yang memiliki nuklir.
Sneh mengatakan kegagalan Netanyahu dalam perundingan dengan Palestina makin mengungkung Israel di wilayah pendudukan Palestina dan sangat melemahkan posisi Israel.
Obama menganggap Netanyahu bertanggung jawab besar atas kebuntuan dalam perundingan dengan Palestina mengenai penyelesaian akhir dengan Israel. Netanyahu, katanya, 100 persen benar mengenai peringatannya berkaitan dengan Iran.