Jumat 17 Jul 2015 11:35 WIB
Mudik 2015

Cerita Mudik di Pakistan

Rep: c38/ Red: Ani Nursalikah
Warga Pakistan memadati kereta api yang membawa mereka ke kampung halaman untuk merayakan Idul Fitri.
Foto: onislam
Warga Pakistan memadati kereta api yang membawa mereka ke kampung halaman untuk merayakan Idul Fitri.

REPUBLIKA.CO.ID, LAHORE -- Dengan tas menempel di bahu, Farhan Ali mondar-mandir dari satu loket ke loket lain di stasiun kereta api Karachi. Ia hendak membeli tiket untuk perjalanan mudik ke kampung halaman.

"Idul Fitri adalah satu-satunya kesempatan untuk berkumpul dengan keluarga. Saya tidak pernah melewatkan kesempatan itu," kata Farhan, dilansir dari Onislam.net, Jumat (17/7).

Bekerja sebagai pelayan restoran di Karachi, Farhan (32 tahun) adalah satu dari jutaan perantau yang mudik ke kampung halaman. Ayah dua anak ini sudah bekerja di Karachi sejak 10 tahun lalu. Ia selalu melewatkan Lebaran bersama keluarga meski hanya sehari atau dua hari.

Tiket habis adalah jawaban yang berulang kali dilontarkan oleh penjaga tiket pada Farhan. Pemesanan tiket sudah penuh sejak 15 hari lalu.

"Kalau kamu bisa menemukan tempat untuk berdiri atau duduk di lantai, kami akan memberimu tiket," kata seorang petugas berseragam.

Tak hanya di Indonesia, mudik rupanya juga menjadi bagian yang mengiringi ritus Idul Fitri di Pakistan. Bagi kaum urban seperti Farhan, hari raya menjadi satu-satunya kesempatan berjumpa keluarga dan sanak keluarga setelah setahun lamanya.

Pakistan menjalankan tambahan kereta api khusus sejak sepekan sebelum Idul Fitri untuk mengatasi penumpukan arus mudik. Namun, ratusan orang yang putus asa tidak mendapat tiket masih memaksa naik ke atas atap kereta. Tak jarang, hal itu mengakibatkan kecelakaan fatal.

Kurangnya kesempatan kerja dan kemiskinan memaksa jutaan warga Pakistan dari kawasan pedesaan merantau ke kota-kota besar, seperti Karachi, Lahore, Faisalabad, Rawalpindi dan Islamabad.

Mereka meninggalkan keluarga di kampung untuk mencari nafkah. Sebagian besar di antara mereka bekerja sebagai buruh, pelayan, sopir, tukang pipa, tukang cat, satpam dan pekerjaan rumah tangga lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement