REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Seorang pejabat intelijen Korea Selatan ditemukan tewas. Tewasnya diduga sebagai bentuk bunuh diri di tengah skandal politik yang meningkat menyangkut program peretasan rahasia, yang digunakan oleh badan mata-mata negara itu.
Pejabat berusia 45 tahun yang bekerja di Dinas Intelijen Nasional (NIS) itu ditemukan tak bernyawa di mobilnya pada Sabtu (18/7) kemarin di jalan pegunungan di Yongin, sekitar 40 kilometer sebelah selatan Seoul.
Shim Dong-Soo, seorang penyelidik di Yongin, mengatakan kepada jaringan berita kabel bahwa pria itu tampaknya sengaja mengakhiri hidupnya. Kantor berita Yonhap mengatakan sebuah wasiat dengan tulisan tangan yang ditinggalkan di mobil itu menyebut-nyebut soal program peretasan, yang memungkinkan para pengguna melacak telepon pintar dan komputer dengan cara memasang perangkat pengintaian.
Belum ada konfirmasi resmi menyangkut keterkaitan antara pria dan program tersebut. Polisi dan NIS sejauh ini masih belum memberikan informasi soal kasus itu.
Pejabat-pejabat pemerintah dan NIS sebelumnya mengakui membeli program peretasan dari sebuah perusahaan Italia namun bersikeras bahwa program itu tidak akan digunakan untuk mengintai para warga Korea Selatan melainkan untuk mendorong kemampuan alat perang Seoul di dunia maya melawan Pyongyang.
Namun, para anggota parlemen dari kubu oposisi berpendapat bahwa NIS telah menggunakan program tersebut untuk memata-matai warga Korea Selatan.
Badan intelijen tersebut memiliki reputasi buruk selama berpuluh-puluh tahun di bawah kepemimpinan otoriter, sebelum Korea Selatan muncul menjadi negara demokrasi pada 1980an. NIS pada masa modern telah ternoda karena serangkaian skandal, termasuk mencampuri urusan pemilihan.
Dilansir AFP Ahad (19/7) pekan lalu, Mahkamah Agung memerintahkan pengadilan tingkat lebih rendah untuk meninjau ulang hukuman yang dikenakan terhadap mantan kepala NIS Won Sei-Hoon, yang dipenjara selama tiga tahun atas dakwaan terlibat secara ilegal dalam praktek-praktek politik.
Dakwaan-dakwaan yang diterimanya itu berkaitan dengan kampanye hitam dalam jaringan oleh agen-agen NIS terhadap kandidat partai oposisi yang dikalahkan presiden saat ini, Park Geun-Hye, pada pemilihan 2012 dengan angka tipis.
Won, 64 tahun, awalnya mendapat penangguhan hukuman, namun pengadilan banding pada Februari lalu menjatuhkan hukuman tiga tahun.