Selasa 21 Jul 2015 03:26 WIB

Ini Alasan Anak-Anak Inggris Masuk ISIS

Rep: c34/ Red: Angga Indrawan
Gerakan ISIS
Foto: VOA
Gerakan ISIS

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris David Cameron telah mengumumkan rencana lima tahun untuk memerangi terorisme dalam negeri. Managing Director yayasan kontra-ekstremisme Quilliam Foundation, Haras Rafiq, menyoroti bahwa hasil dari rencana itu justru berkebalikan dari apa yang diharapkan.

Ratusan warga Inggris tercatat telah meninggalkan negaranya untuk bergabung dengan kelompok ekstrem ISIS. Rafiq mengatakan, kondisi tersebut disebabkan oleh penerapan model kepemimpinan Barat.

Rafiq menyebutnya sebagai efek Voldemort, istilah untuk tidak menyebutkan nama dari sesuatu. Tak seorang pun terang-terangan mengatakan apa ideologi terorisme yang dimaksud.

"Ini adalah totaliter dan fasis, seperti memberitahu orang-orang untuk melakukan hal-hal untuk Tuhan dan menggalang mereka," komentarnya.

Menurutnya, ada cara tersendiri yang digunakan para ekstremis untuk meyakinkan orang untuk bergabung dengan mereka. Hal itu berfokus pada menciptakan kerinduan untuk identitas, dan perasaan kebersamaan dalam kelompok yang tidak dirasakan kaum muda di Inggris dari lingkungannya.

Beralihnya kaum muda ke ekstremisme, kata Rafiq, bermula dari kecenderungan diri untuk memberontak. Dia berpendapat bahwa kelompok-kelompok seperti ISIS menawarkan rasa kepemilikan, sekaligus memberontak dari menjadi sesuatu yang "sangat Inggris". 

"Mereka mengambil identitas Islam, dan bukan identitas Inggris. Hal ini karena ISIS, selama beberapa dekade, telah menjajakan utopis ini, khalifah Islam tanpa ditantang dalam masyarakat," ujarnya.

Beberapa ahli percaya, ada kombinasi penyebab kaum muda terjebak dalam lingkaran ekstremisme. Sejumlah penyebab yakni rasisme, pencabutan hak, hingga keengganan terhadap kebijakan luar negeri tertentu.

Namun, kelompok-kelompok seperti ISIS fokus untuk mengambil keuntungan dari hal-hal seperti mentalitas korban dan teori konspirasi. Ekstremis akan fokus pada memanipulasi individu. Mereka menggunakan argumen ideologis untuk meyakinkan orang bahwa satu-satunya cara mereka akan menemukan paritas adalah dengan bergabung kelompok mereka.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement