Selasa 21 Jul 2015 20:59 WIB

Satelit NASA Ungkap Jumlah Air Tanah di Daerah Resapan Australia

Red:
 Proyek NASA yang bernama GRACE memiliki kepanjangan ‘Eksperimen Pemulihan Gravitasi dan Iklim’.
Foto: NASA
Proyek NASA yang bernama GRACE memiliki kepanjangan ‘Eksperimen Pemulihan Gravitasi dan Iklim’.

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Satelit eksperimental milik NASA dari proyek Eksperimen Pemulihan Gravitasi dan Iklim (GRACE) terus memberikan data yang akurat tentang air tanah di Australia.

Data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu menunjukkan, tingkat air di wilayah resapan ‘Great Artesian Basin’ menurun, tetapi tak demikian halnya dengan tingkat air di wilayah resapan ‘Amadeus Basin’, Australia tengah.

Profesor Alfredo Huate dari Universitas Teknologi Sydney, mengatakan, pengukuran air tanah menunjukkan hasil yang besar, tetapi itu semua terjadi secara kebetulan.

"Satelit GRACE diluncurkan oleh NASA pada tahun 2002 dan konsep di balik misi ini adalah untuk, pertama kalinya, mengukur gelombang gravitasi yang berasal dari permukaan bumi," jelasnya baru-baru ini.

Ia menuturkan, "Idenya adalah, gravitasi menjadi lebih besar ketika Anda pergi ke Himalaya atau pegunungan lainnya, dan menjadi lebih sedikit ketika jumlah massa di bumi berkurang.”

"Konsekuensi tak terduga dari misi ini adalah bahwa orang-orang mulai menemukan perubahan massa dari bulan-ke-bulan yang sebelumnya benar-benar tak bisa dijelaskan," sambungnya.

Profesor Alfredo mengatakan, para ilmuwan mengetahui bahwa berat air, dan air tanah khususnya, terdata oleh satelit.

Ia mengutarakan, temuan itu penting karena- sebelumnya -untuk mendapatkan informasi tentang tingkat air tanah di seluruh daerah resapan, sangatlah sulit.

"Sulit untuk mendapatkan gambaran tentang bagaimana air tanah mungkin berubah dan cukup membosankan untuk melakukannya karena Anda akan membutuhkan banyak aktifitas membosankan," sebutnya.

Tapi ia lantas menyambung, "Dengan satelit, Anda mendapatkan informasi yang terus-menerus."

Rekan Alfredo, Profesor Derek Eamus, baru-baru ini, menulis tentang data dari satelit GRACE yang menunjukkan bahwa tingkat air di daerah resapan ‘Great Artesian Basin’ sedang menurun.

Tapi Profesor Alfredo mengatakan, data satelit itu menunjukkan hal yang tak sama tentang daerah resapan ‘Amadeus basin’ di Australia tengah.

"Dari tahun 2002 hingga 2008 terjadi penurunan yang signifikan secara statistik dalam air tanah. Tapi pada tahun 2009 dan sampai akhir tahun 2011, total air hampir sebanyak dua kali lipat dari sebelum satelit diluncurkan pada tahun 2002,” jelasnya.

Ia menambahkan, "Ini lonjakan yang luar biasa dari total air yang sekarang tersedia."

Alfredo mengatakan, air dari cuaca basah yang ekstrim di Australia tengah tak akan digunakan oleh tanaman atau menguap dan karena itu, ia mengisi simpanan air tanah.

"Ini jelas suatu ide yang baik untuk memanfaatkan data bagi eksplorasi dan tujuan pembangunan," ujarnya.

NASA, kata Alfredo, akan meluncurkan satelit baru yang akan lebih akurat dan secara khusus dirancang untuk mengukur air tanah.

"Kami bisa berharap untuk mendapatkan hasil pengukuran yang jauh lebih baik yang mungkin akan memungkinkan kami untuk melihat lokasi sumur, dan ketika ada aktifitas pemompaan dibandingkan dengan daerah lain," ungkapnya.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement