Jumat 24 Jul 2015 00:47 WIB

Utusan PBB Bujuk Menlu Suriah Gagas Perdamaian

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov (dua dari kanan) saat berjumpa dengan Menteri Luar Negeri Suriah, Walid Muallem di Moskow.
Foto: AP
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov (dua dari kanan) saat berjumpa dengan Menteri Luar Negeri Suriah, Walid Muallem di Moskow.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Utusan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Suriah, Staffan de Mistura, bertemu dengan Menteri Luar Negeri Walid Muallem di Damaskus pada Kamis (23/7) sebagai bagian dari usaha-usaha yang sedang berlangsung untuk merundingkan suatu solusi bagi perang empat tahun di negeri itu, media negara melaporkan.

"Staffan de Mistura menyampaikan perkembangan-perkembangan paling akhir terkait dengan diskusi dan pertemuan di sejumlah negara" kepada Menlu Muallem, menurut kantor berita resmi SANA.

Diplomat Swedia-Italia itu mengadakan pertemuan-pertemuan selama dua bulan terakhir dengan pemain-pemain kunci dalam konflik Suriah untuk mencoba memajukan prospek-prospek perdamaian.

Menurut kantor PBB di Jenewa, pada Juli de Mistura telah mengunjungi Tiongkok, Turki, Yordania, Mesir dan Iran, salah satu pendukung utama rezim Suriah.

Ia bertemu dengan tokoh-tokoh oposisi Suriah di Amman dan Kairo, dan akan memberi laporan kepada Dewan Keamanan PBB mengenai usaha-usahanya pada 28 Juli.

Pada Kamis, Muallem mengatakan ia mendukung inisiatif de Mistura untuk menemukan solusi politik dan menekankan bahwa Suriah terus bersikap menentang ektrimisme.

"Suriah masih mempertimbangkan diakhirinya terorisme, dan dihabisinya sumber daya keuangan dan dukungannya, menjadi di antara prioritas yang paling esensial negeri itu," kata Muallem seperti dikutip.

Muallem juga menyatakan dukungan bagi inisiatif baru yang digagas oleh Presiden Rusia Vladimir Putin "untuk membuat usaha regional menghentikan terorisme dengan melaksanakan resolusi-resolusi Dewan Keamanan PBB yang relevan."

Pemerintah Suriah dan medianya menyebut kelompok-kelompok bersenjata yang telah bertempur untuk menggulingkan rezim Presiden Bashar al-Assad sejak 2011 dengan sebutan "teroris".

DK PBB terbelah dalam menangani masalah Suriah. Rusia menolak resolusi-resolusi yang bertujuan memberlakukan tekanan atas Bashar guna mengakhir perang itu.

De Mistura dipilih setahun lalu untuk mengambil alih apa yang banyak kalangan katakan suatu "misi yang tak mungkin" membawa perdamaian ke Suriah setelah dua diplomat kawakan yakni Kofi Annan dan Lakhdar Brahimi mundur karena merasa gagal melaksanakn tugas yang sama.

Lebih 230.000 orang telah meninggal dalam konflik itu dan hampir setengah populasi negara tersebut terpaksa mengungsi ke negara-negara tetangga.

Panen gandum

Dari Roma diberitakan hujan telah membantu panen gandum Suriah pada 2015 tapi kerawanan pangan di negara itu memburuk secara keseluruhan karena perang, kata dua badan PBB, Kamis.

Produksi pangan "tetap jauh di bawah tingkat sebelum krisis saat konflik yang sedang berlangsung terus mendorong lebih banyak orang ke jurang kelaparan dan kemiskinan," kata Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) dan Program Pangan Dunia (WFP) dalam sebuah laporan.

Sekitar 9,8 juta orang di Suriah diperkirakan "tidak aman pangan" dengan 6,8 juta orang diantaranya berada dalam kondisi "sangat rawan pangan," katanya.

"Rawan pangan sangat parah" berarti berada di tingkat kebutuhan yang memerlukan bantuan pangan dari luar.

Sejak Januari tahun ini saja, lebih dari setengah juta orang telah mengungsi, yang telah sangat mengganggu aktivitas pertanian dan perdagangan pangan.

"Dukungan donor mendesak diperlukan untuk memastikan petani dapat memenuhi musim tanam sereal mendatang, yang dimulai pada Oktober," kata Dominique Burgeon, Direktur Darurat dan Divisi Rehabilitasi FAO.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement