REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama mengaku dirinya telah gagal untuk membentuk hukum penggunaan senjata di negaranya. Permasalahan senjata itu juga, kata Obama, yang membuat pemerintahannya frustrasi.
Pernyataan Obama ini berkaitan dengan serangkaian penyerangan dan penembakan yang terjadi di AS. Kasus terbaru adalah penembakan yang terjadi di sebuah bioskop di Louisiana. Dua orang tewas dan beberapa lainnya terluka akibat insiden tersebut.
Namun Obama menegaskan akan terus berusaha mengatasi kekerasan dan penyerangan dengan menggunakan senjata api di AS. "Jika anda melihat jumlah warga Amerika yang tewas pasca kejadian 9/11, itu kurang dari 100. Jika anda melihat jumlah yang telah dibunuh oleh kekerasan senjata, itu ada puluhan ribu," tutur Obama, seperti dikutip BBC News, Jumat (24/7).
Ia juga mengatakan hubungan antar ras dan golongan di negaranya mulai pulih. Hal ini dikarenakan beberapa insiden penembakan dikaitkan dengan kebencian atau rasis. Seperti diketahui serangan penembakan terjadi dalam sebuah bioskop di kota Lafayette, Louisiana. Tiga orang tewas dalam kejadian tersebut, termasuk pria yang menjadi pelaku.
Sebelum kejadian itu, telah banyak rentetan penembakan lainnya. Di antaranya penembakan terhadap jemaat gereja kulit hitam di Charleston, yang dilakukan oleh seorang remaja kulit putih. Sembilan orang tewas dalam kejadian itu.