Ahad 26 Jul 2015 18:53 WIB

Penggunaan Ponsel Jadi Pemicu Utama Kecelakaan di Queensland

Red:
Russell White bersama dengan pelar dari Sekolah St Stephen di Coomera, yang tengah menggunakan simulator keselamatan berkendara.
Foto: abc news
Russell White bersama dengan pelar dari Sekolah St Stephen di Coomera, yang tengah menggunakan simulator keselamatan berkendara.

REPUBLIKA.CO.ID, QUEENSLAND -- Terganggunya konsentrasi pengemudi akibat penggunaan ponsel saat berkendara menempati urutan pertama dalam lima faktor utama pemicu kecelakaan di Queensland, demikian data yang dirilis dari kepolisian setempat.  Masyarakat perlu diberi pemahaman yang cukup mengenai bahaya menggunakan ponsel saat berkendara.

Matikan telepon begitu menghidupkan kendaraan. Itulah pesan yang hendak ditekankan pakar keselamatan di jalan raya,  Russell White kepada para remaja di seluruh Queensland.

Statistik menunjukan 18 persen kecelakaan mobil parah yang terjadi di Queensland melibatkan pengendara remaja berusia 17 hingga 24 tahun. Dan lebih dari 50 persen pengemudi muda mengaku mengetik pesan di ponsel mereka sambil mengemudikan mobil.
 
Oleh karena itu menurut Russel White, yang juga menjabat sebagai Direktur Pengelolaan Keselamatan Pengemudi (Driver Safety), mengatakan perlu dilakukan pelatihan lebih banyak untuk mendidik anak-anak muda mengenai bahaya mengemudi jika perhatian kita teralihkan oleh kegiatan penggunaan ponsel.
 
"Kasus teralihnya perhatian pengemudi (Distraction) jumlahnya menurut saya jauh lebih tinggi dari dugaan orang,” katanya baru-baru ini.
 
"Sepertinya saat ini kita sedang menghadapi situasi dimana sudah terjadi ketergantungan atau adiksi terhadap ponsel pintar,”
 
Baru-baru ini White membawa simulator keselamatan pengemudi ke Sekolah St Stephen di Upper Coomera, Gold Coast untuk menunjukan kepada para siswa betapa mudahnya peluang terjadinya kecelakaan ketika perhatian pengemudi terganggu oleh ponsel mereka.
 
"Simulator ini menyediakan lingkungan yang aman dimana orang dapat merasakan situasi dari kondisi kecelakaan yang sebenarnya namun dengan cara yang aman,” katanya.
 
"Kami berusaha mengubah pandangan publik kalau memiliki SIM saja tidak berarti kita berhenti belajar mengenai cara mengemudi yang aman. Sebaliknya itu merupakan titik awal dimana kita harus belajar,” tambahnya.
 
Para pelajar di sekolah tersebut bergantian mencoba simulator keselamatan pengemudi itu dan mengetahui kalau berbicara di telepon, mengirim pesan, mengecek akun Facebook dan berfoto selfie saat sedang mengemudi dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk berkonsentrasi di jalan.
 
Alana Biviano mengalamai kecelakan di simulator itu ketika asik berbicara dengan temannya di telpon saat melewati tikungan.
 
"Kejadian di simulator itu benar-benar membuka mata saya,” katanya.
 
"Jika seseorang menelpon Anda ketika Anda sedang mengemudi, kita perlu mengacuhkannya saja,” katanya.
 
Aaron Seton berusaha untuk menulis pesan sambil mengemudi dan mendapati dirinya sulit menjaga agar mobilnya tetap berada di jalur lintasan yang benar.
 
"Saya beberapa kali melakukan kesalahan dan nyaris bertabrakan dan ada dua mobil dengan jarak yang sangat dekat di depan saya. Nyaris saja saya menabrak bagian belakang mobil itu,” katanya.
 
Data menunjukan para pengemudi 23 kali lebih besar berpeluang mengalami kecelakaan ketika mereka menulis atau membaca pesan sambil mengemudikan mobil,
 
"Kecelakaan yang terjadi bisa sangat dahsyat, menulis atau membaca pesan di ponsel sambil mengemudi memberi dampak yang dramatis pada kemampuan kognitif Anda untuk memproses informasi, mencari situasi yang nyata dan mengatasi hal-hal dihadapan Anda dengan efektif,” tegasnya.
 
Lima faktor utama yang memicu kecelakaan di Queensland menurut kepolisian setempat adalah terganggunya perhatian dan teledor, nengebut, mengemudi dalam keadaan mabuk. Termasuk tidak menggunakan sabuk pengaman serta mengemudi dalam kondisi tubuh lelah.
 

 

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement